Penting Mempelajari Agama Islam Secara Konseptual
Program Studi Pendidikan Agama Islam FIAI UII menyelenggarakan kegiatan Focus Grup Discussion Pengembangan Content Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Anti Radikalisme. Kegiatan ini diadakan pada Jum’at (29/12) di Gedung Wahid Hasyim FIAI UII diikuti oleh berbagai kalangan dari mahasiswa pasca sarjana, dosen dan guru serta praktisi. Kegiatan ini diadakan untuk menangkal paham radikalisme dan bermanfaat untuk mata pelajaran tentang anti radikalisme.
Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA selaku Dekan FIAI UII menyampaikan bahwa dalam mempelajari agama Islam kalau tidak konseptual atau secara mutlak dalam memahaminya maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Perlunya kedewasaan akan pendidikan agama Islam dengan cara atau metodologinya yang berkaitan dengan suatu topik agama Islam untuk dipahami. “Untuk itu dalam diskusi ini menghadirkan praktisi yang berkaitan dengan mata pelajaran konten-konten rahmatan lil alamin,” jelasnya.
Dalam pembelajaran PAI yang anti radikalisme dan berkonten rahmantan lil alamin, faktor lingkungan itu sangat berpengaruh. Prof. Dr. Abdurrahman Mas’ud, MA selaku Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag RI menyampaikan bahwa dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang berkualitas demikian juga pendidikan agama Islam, kontennya harus bertujuan dengan pendidikan agama Islam dan sesuai dengan akhlakul kharimah.
Seperti mendalami keilmuan, nilai keislaman yang moderat, menghargai kearifan lokal, menghargai kebhinekaan dan Pancasila serta UUD45. Hal-hal tersebut termasuk dalam anti radikalisme. Keilmuan yang dipahami dalam hal ini harus diterapkan dan dianalisis secara konseptual dan rasa ingin tau akan ilmu pengetahuan dan wawasan.
Selain itu dalam pembelajaran PAI anti radikalisme ini diperlukan pengembangan kurikulum, perancangan untuk pendalaman mata pelajaran PAI dan tenaga pendidik yang kompeten. Pemanfaatan multimedia juga sangat diperlukan untuk pembelajaran, serta pemanfaatan laboratorium dan perpustakaan untuk pembelajaran. Output yang dihasilkan adalah harapannya prestasi anak didik bisa meningkat dan bisa mempertahankannya serta berhasil dalam studi.
Dalam pembelajaran anti radikalisme, pemanfaatan organisasi perlu dikembangkan kembali seperti kegiatan rohis. “Radikalisme itu harus dilawan karena seperti virus, bukan malah saling mempengaruhi karena kebanyakan budaya mayoritas kita di Indonesia itu diam dan tidak bertindak,” papar Abdurrahman Mas’ud. (SD/RS)