Pengolah Air Minum Darurat Karya Mahasiswa UII
Keterbatasan pasokan air bersih di daerah bencana perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak termasuk para relawan. Pada kondisi darurat pasca bencana, air minum yang aman dikonsumsi menjadi salah satu prioritas utama yang harus disediakan bersama dengan obat-obatan. Hal tersebut sangat penting untuk mencegah terjadinya penyakit yang berkaitan dengan penggunaan air (waterborne diseases) di lokasi bencana.
Kelompok Kreatifitas Mahasiswa UII yang diketuai Gayuh Ajeng Wandansari (FTSP-Teknik Lingkungan) dan beranggotakan Hayuno Sukmo Nur Prajanto (FTSP-Teknik Lingkungan), Muh. Tri Nur Pamungkas (FTI-Teknik Elektro) melalui Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) pada bidang Karsa Cipta tahun 2019 menciptakan “PORWAF-PV” Photovoltaic Portable Water Filter. Inovasi yang diciptakan merupakan alat pengolahan air siap minum portable dengan menggabungkan teknologi filtrasi-disinfeksi yang dilengkapi dengan panel surya (photovoltaic).
Menurut Gayuh, perlu menyediakan alternatif teknologi penyedia air minum yang praktis dan ringkas (portable), namun memiliki kemampuan yang baik (effective) untuk menghasilkan air minum sesuai dengan standar. “Selain itu yang tidak kalah penting teknologi tersebut harus dapat dioperasikan secara cepat (tactical) dan mudah pada kondisi darurat,” ujarnya kepada Humas UII pada Rabu (3/7).
Gayuh mengatakan pemenuhan air minum pada kondisi darurat bencana yang selama ini dilakukan adalah dengan mengirimkan air kemasan menuju lokasi bencana. Namun seringkali usaha tersebut terkendala kerusakan infrastruktur. “Terlebih lagi, masyarakat masih harus dihadapkan kepada realita keterbatasan energi listrik, dan kualitas sumber air yang buruk pasca bencana,” ujarnya.
Hayuno menambahkan, kondisi geografis Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu Indo-Australian, Eurasia dan Lempeng pasifik yang sewaktu-waktu dapat bertumbukan dan menghasilkan ledakan energi yang cukup besar. Selain itu, Indonesia juga berada pada pacific ring of fire berupa jalur rangkaian gunung api paling aktif di dunia yang setiap saat dapat meletus. “Kondisi tersebut menjadikan sebagian besar wilayah Indonesia rawan terhadap bencana (prone disaster area),” ungkapnya.
Sementara disampaikan Muh. Tri, serangkaian bencana yang terjadi di Indonesia telah menimbulkan kerugian yang cukup besar seperti korban jiwa, dan kerusakan infrastruktur. Bencana alam yang sering terjadi juga mendorong munculnya kelompok relawan dari berbagai elemen masyarakat, termasuk dari kalangan mahasiswa pecinta alam. Kelompok relawan tersebut sering terlibat dalam berbagai kegiatan di lokasi bencana seperti respon darurat bencana (emergency response) untuk tujuan pencarian dan evakuasi korban. Sebagian kelompok relawan juga terlibat pada proses rehabilitasi (recovery) pasca bencana seperti kegiatan pemulihan dan rekontruksi.
“Kehadiran PORWAF-PV ini, diharapkan dapat membantu para relawan ketika terjun dan beraktivitas di daerah bencana untuk memenuhi kebutuhan air minum mereka sendiri sekaligus menjadi penambah semangat untuk terus berjuang. “PORWAF-PV juga dapat dimanfaatkan oleh para pengungsi untuk mencukupi kebutuhan air minum pada kondisi darurat,” pungkas Muh. Tri.