Pengembangan Pembelajaran Hasilkan Kualitas Pendidikan

Guru mempunyai peran dan kedudukan yang sangat strategis dalam proses pembelajaran bagi anak didik. Sejatinya, anak didik diibaratkan sebagai kertas putih dan gurulah yang menentukan apa yang hendak dituangkan di kertas tersebut. berkualitas ataupun tidaknya tergantung sejauh mana guru mampu menempatkan dirinya sebagai pendidik yang membawa pengaruh bersar dalam pelaksanaan pendidikan.

Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) belum lama ini menggelar Training Pengembangan Proses Pembelajaran dan Publikasi Ilmiah Bagi Guru dengan menghadirkan narasumber Dra. Sri Haningsih, M.Ag dan Lukman, S.Ag. M.Pd. Keduanya merupakan dosen pada Program Studi Pendidikan Agama Islam FIAI UII. Kegiatan ini diikuti oleh guru-guru pendidik dari sekolah-sekolah yang menjadi mitra Program Studi Pendidikan Agama Islam FIAI UII.

Sri Haningsih dalam materinya menuturkan, dalam kondisi seperti sekarang ini merupakan momentum bagi para pendidik untuk berbenah diri agar terwujud kualitas seorang pendidik yang profesional. Hal ini dianggap penting mengingat generasi yang dididik sebagian besar dari generasi Z dan sebagian kecil generasi Alpha yang saat ini berada pada bangku pendidikan dasar, dengan harapan terwujudnya pola pendidikan yang tepat bagi generasi tersebut yang mana mereka sudah terbiasa hidup di tengah-tengah kemajuan teknologi.

Ia menyampaikan bahwa dalam pengembangan aktifitas dan sistem pembelajaran haruslah bersifat aplikatif. Kejenuhan dalam pembelajaran bisa terjadi ketika guru yang aktif dalam menyampaikan materi pembelajaran akan tetapi ia tidak membuka ruang kepada siswa untuk berinteraksi. Menurutnya hubungan yang saat ini iterjadi antara guru dan siswa seringkali saatu arah dimana siswa hanya sekadar mendengarkan apa yang disampaikan guru. “Dalam mendapatkan pembelajaran hanya dengan mendengarkan saja juga bisa membuat lupa, ketika melihat saja bisa ingat tapi sedikit, ketika terjalin interaksi bersama antara guru dan murid mampu menanamkan nilai kepahaman,” ucapnya.

Sri Haningsih menyebutkan beberapa tahapan aktifitas pembelajaran. Tahapan pertama, adalah pengembangan pembelajaran dengan memperbaharui rencana pelaksanaan pembelajaran dengan harapan tercapainya target pembelajaran. Tahap kedua, pelaksanaakn kegiatan pembelajaran dan tahapan ketiga adalah Evaluasi pembelajaran. Pentingnya tahap evaluasi pembelajaran dilakukan guna mengetahui efektif atau tidaknya suatu sistem pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik.

“Dalam pencapaian tujuan pendidik, baik kita semua, guru, dosen, kiai, bahkan orang tua saat mendidik anak, ingin bagaimana tercapainya suatu tujuan dalam mendidik. Ada usaha, ada upaya, upaya guru upaya siswa, setiap upaya baik guru maupun siswa ada tujuannya, upaya guru mengembangkan strategi mengajar dengan menggunakan metode mengajar, merancang sumber belajar dan upaya siswa adalah memanfaatkan sumber belajar dengan fasilitas yang tersedia saat ini,” imbuhnya.

Selanjutnya, Lukman menjelaskan dua hal penting dalam belajar menulis. Pertama, dimulai dari menemukan hal yang penulis sukai dan pahami kemudian menentukan kata kuncinya dengan memperkaya sumber dari jurnal dan e-book. Kedua, membaca bahan-bahan yang ditemukan dengan menggunakan cara pandang penulis sesuai debgan tujuannya menulis dan meneliti, baik penemuaan, pembuktian dan pengembangan.

Ia menambahkan, dalam menentukan tema yang akan ditulis perlunya memahami situasi suatu masalah dengan kategorisasi isu-isu yang mendapatkan perhatian serta memahami isu pokok yang menjadi substansi masalah. Dengan ini mempermudah penulis dalam menyusun rumusan masalah.

“Menulis itu harus kita baca berkali-kali sebelum kita publish, kita rasakan apakah pembaca bisa memahami tulisan kita sesuai dengan tingkatannya. Usahakan antara kalimat dan antar alinea mengalir, jangan melompat-lompat idenya karena satu alinea itu satu ide, sehingga dapat mewujudkan keseluruhan berita mengalir seperti air,” ujarnya. (HA/RS)