Pengembangan dan Pengelolaan Bisnis Pengolahan Limbah
Inkubasi Bisnis & Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) mengadakan kegiatan Growth Talk Online “NgoBraS” pertama di tahun 2021 pada Selasa (23/2). NgoBraS IBISMA UII ini bertemakan ”Pengembangan dan Pengelolaan Bisnis Pengolahan Limbah pada Masa Pandemi” dengan menghadirkan narasumber CEO PlusTreat Putri Amalia dan Dosen Teknik Lingkungan Dr. Hijrah Purnama, S.T., M.Eng.
Direktur IBISMA UII, Amarria Dila Sari, ST., M.Sc., CBC. dalam sambutannya menuturkan bahwa tema NgoBraS kali ini ada kaitannya dengan lingkungan. “Menarik memang membahas tema lingkungan yang harapannya kita bisa mengembangkan juga potensi bisnis ataupun startup di bidang lingkungan. Teman-teman bisa juga mendapatkan insight ataupun inspirasi, dan semoga bisa membawa manfaat menebar Inovasi dan inspirasi bagi kita semua,” tuturnya.
Putri Amalia membuka diskusi dengan memperkenalkan bisnisnya. PlusTreat terbentuk dari IBISMA. IBISMA merupakan tempat memvalidasi dan memfasilitasi bisnisnya. Putri menceritakan bahwa ia sudah tertarik dengan entrepreneurship sejak SMA. “Dulu aku jadi reseller, jual di sekolah, tipe dana usaha, jual minuman dan gorengan. Emang udah suka coba-coba pas SMA,” ungkapnya.
Pada mulanya Putri mempunyai mindset entrepreneur sesederhana ketika beli atau buat row material lalu diolah dan dijual lagi. Tetapi seiring berjalannya waktu, ketika 2018 banyak digaungi tentang start up, Putri dan team berusaha mencari isu-isu apa yang bisa diangkat dan masalah apa yang bisa diselesaikan. Menurut Putri berbisnis tidaklah sesederhana melihat demand dan membuat lalu menjual lagi, tetapi berusaha mencari solusi yang berimpact luas.
Kenapa Memilih Pengolahan Limbah Sampah Plastik?
Putri Amalia juga menceritakan alasannya memilih pengolahan limbah plastik. “Karena menurut aku prospeknya jauh kedepan. Kita berusaha mencari masalah yang solusinya tidak instan tetapi itu bisa menjadi semacam volunteer untuk hal tersebut,” ungkapnya. Menurut Putri hal tersebut bisa jadi pahala jariyah kalau dilakukan dengan ikhlas. Dalam isu lingkungan butuh human resource yang lumayan dan berpengalaman. Team PlusTreat sebenarnya melakukan prinsip ATM, yaitu amati, tiru, dan modifikasi.
Karena PlusTreat sedang develop finding machine untuk pengguna memasukan botol plastik kemudian mendapat reward dan kita bisa jual botol plastiknya. Dulu ia bersama team melihat mesin serupa di Thailand. Kemudian, mereka mencari kekurangannya, mengamati, dan memodifikasi lalu melakukan research untuk mengetahui keefektifan dari mesin tersebut. “Dengan hasil modifikasi jadi kita membuat sesuatu yang baru dan rancangan itu kita ubah ke versi bisnisnya kemana marketnya,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa untuk mengolah sampah plastik, membutuhkan kesadaran masyarakat. Namun, hal tersebut merupakan hal yang susah dan rumit. “Tetapi semakin kesini masyarakat semakin aware kepada lingkungan. Kita masih mengedukasi lewat postingan instagram, jadi butuh waktu sih menurut aku,” jelasnya.
Hijrah Purnama mengungkapkan bahwa yang dilakukan Putri saat ini adalah salah satu edukasi masyarakat. Edukasi melalui ekonomi itu juga penting, tidak melulu edukasi seperti kamu kalau buang sampah sembarangan itu nanti sunginya penuh dengan sampah, kemudian kalo bakar sampah sembarangan nanti jadi kanker”. Menurutnya terkadang tidak semua orang peduli dengan hal seperti itu.
“Tetapi begitu orang diomongin kalo kamu punya sampah segini daripada dibuang, kamu bisa dapet uang segini loh, kadang bisa masuk juga,” jelas Hijrah Purnama. Namun, tipe orang itu beda-beda. Menurut Hijrah dengan model konvensional artinya model pemberdayaan masyarakat sudah muncul di Indonesia, misalnya konsep Bank Sampah. Indonesia menjadi pelopor Bank Sampah, dimana sekarang sudah 11 ribu lokasi Bank Sampah dan diakui sebagai program nasional.
Hijrah juga menyampaikan cara membangun Bank Sampah di daerah baru. “Yang pasti kita harus tahu dulu masyarakat seperti apa yang kita hadapi, apakah di pedesaan, apakah di perumahan karena model pendekatannya berbeda. Setelah tau pun kita butuh sosialisasi, butuh menjelaskan ke masyarakat,” jelasnya.
Media penyampaiannya juga bisa bermacam-macam baik melalui webinar, sosialisasi pertemuan langsung kepada masyarakat, dan lainnya. “Dengan cara pendekatan dan pendampingan akan membangun program apa, setelah itu bertahap mulai dari administrasi sampai running Bank Sampah. Bank sampah dari satu dan sekarang menjadi 11 ribu berarti mudah diterima oleh masyarakat,” lanjut Hijrah.
Gilbert Dwi Sandy sebagai calon tenant IBISMA mengajukan pertanyaan mengenai dampak limbah plastik terhadap air bersih dan sinergi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah sampah. Hijrah menanggapi, bahwa sampah ini menarik karena dari yang terlihat sederhana bisa memicu banyak hal, seperti dampak ke kesehatan, estetika, pencemaran air tanah, pencemaran tanah, dan ke pencemaran udara bahkan bisa memicu konflik sosial.
“Sampah sangat berhubungan dengan air karena sumber air terbesar yang dipakai saat ini adalah air sungai. Sungai menjadi media transport dari sampah yang sangat mudah. Padahal kita saat ini belum selesai dengan plastik ukuran besar, terus muncul mikro plastik, dan muncul lagi dengan istilah nano plastik yang tidak terlihat,” paparnya.
Hijrah menambahkan, bahwa penelitian sudah menemukan garam, ikan disungai, ikan dilaut, bahkan di fesesnya manusia juga sudah mengandung mikro plastik. Plastik ini menjadi masalah untuk penyediaan air yang pastinya sangat berhubungan dengan dampak ke kesehatan. “Kemudian air dibuat menjadi energi. Kalau menjadi pembangkit energi maka plastik akan menjadi penghambat turbin. Air bersih begitu ada plastik maka sangat bermasalah,” jelasnya.
Lebih lanjut Hijrah mengatakan bahwa sebagai akademisi yang punya visi dan pemikiran yang bagus maka sebaiknya jangan cuma melarang, tetapi juga harus memberikan solusi. PlusTreat merupakan salah satu solusinya. “Jadi kita boleh melarang, tetapi juga menghadirkan solusi. Saya yakin Mas Gilbert punya pikiran yang sangat jauh ke depan tentang bagaimana memberdayakan teman-teman yang ada di Indonesia,” pungkasnya. (MDL/RS)