Penanaman Budaya Luhur Wayang Kulit pada Generasi Milenial
Universitas Islam Indonesia (UII) berkolaborasi dengan Dinas Kebudayaaan (Kundho Kabudayan) Pemerintah Kabupaten Sleman menyelenggarakan Pagelaran Wayang Kulit dengan Lakon “Aji Narantaka” bersama Ki Dalang Prasetya Banar Wicaksana pada Selasa (28/6), di Gedung kuliah Umum Sardjito UII.
Dalam sambutannya, Rektor UII Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. menyatakan bahwa pentas seni wayang kulit memiliki banyak makna filosofis. “Dalam wayang kulit ini banyak sekali makna, misalnya pengetahuan sederhana saya ada sisi kanan dan kiri (pada kelir), dan itu ada yang jahat dan yang baik, yang jahat pasti dikalahkan oleh yang baik,” tuturnya.
Di samping itu, pagelaran wayang kulit ini juga memiliki makna nilai persatuan, tidak boleh sombong dan lain-lain,” tandas Prof. Fathul Wahid.
Sementara itu, Edy Winarya, S.Sn., M.Si., selaku Kepala Dinas Kebudayaan Sleman berharap kepada generasi muda untuk turut berpartisipasi dalam melestarikan budaya-budaya lokal, salah satunya wayang kulit yang telah di tetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Sebelum pagelaran dimulai, Prof. Dr. Drs. Suwarno Pringgodigdo, M.Pd. Dosen Bahasa Sastra Jawa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memberikan deskripsi singkat mengenai pagelaran tersebut, mulai dari kekuatan Aji Narantaka, filosofi yang terkandung didalamnya, sampai eksistensi wayang kulit di Indonesia. Menurutnya, tekun dalam belajar merupakan salah satu bentuk implementasi nyata dalam menghadapi perkembangan zaman..
“Dunia ini akan ditentukan oleh orang orang yang pintar, kepintaran semua masyarakat akan menentukan masa depan kita. Begitulah mahasiswa dalam menggeluti ilmu. Kemajuan dan perkembangan ilmu baru, harus maju terus kita, karena ilmu baru akan jadi referensi untuk kita,” ucapnya.
Prof. Suwarno Pringgodigdo melanjutkan, bahwa dalam cerita perwayangan, tokoh perempuan juga turut mengambil peran penting, seperti halnya tokoh Srikandi Maguru Manah yang dideskripsikan sebagai perempuan yang tekun belajar memanah dalam kisahnya bersama Arjuna.
Kisah Aji Narantaka
Dalam lakon pewayangan yang dikisahkan Ki Dalang Prasetya Banar Wicaksana, Aji Narantaka merupakan ilmu maha dahsyat yang menjadikan manusia menjadi yang terkuat bahkan tak terkalahkan. Tentunya dalam hal ini, Gatot Kaca sebagai tokoh utama sekaligus pemilikajian tersebut tidak boleh sembarang menagplikasikannya.
Pagelaran itu menceritakan kisah Gatot Kaca saat mencari Aji Narantaka, hal itu tak lain guna mengalahkan Dursala (sang pemimpin kurawa) yang menjadi tokoh antagonis dalam cerita itu. Akan tetapi perjalanan Gatot kaca (tokoh protagonis) tidaklah mudah, ia harus melewati segala tantangan saat ia berusaha mendapatkan ilmu Aji Narantaka itu. Ketika ia berhasil mendapatkan kekuatan Aji Narantaka, ia pun kembali untuk melawan Dursala dan berhasil mengalahkannya.
Akan tetapi, nyatanya kekuatan Aji Narantaka yang membuatnya menjadi manusia terhebat lambat laun telah mengubahnya menjadi pribadi yang sombong, bahkan ia menantang seluruh orang yang berani melawan kekuatannya termasuk perempuan.
Ia mendeklarasikan kepada perempuan yang berhasil menahan serangan Aji Narantaka maka ia akan diperistri. Pendek kata, Dewi Sampani berhasil menahan kekuatan Aji Narantaka milik Gatot Kaca, sehingga pada akhirnya mereka pun menikah. (AMG/RS)