Pemuda Idaman Surga, Contohlah Uwais Alqarni
Pemuda muslim kini mengalami tantangan besar di era akselerasi zaman dan teknologi. Salah satu ciri pemuda muslim yang taat adalah yang gemar menuju majelis ilmu. Orang yang berilmu dan beriman kepada Allah Swt. akan diangkat derajatnya dengan mulia. Hal tersebut sebagaimana dijanjikan oleh Allah Swt. dalam Q.S. Al Mujadilah 11. Uwais Alqarni adalah sosok ideal mengenai pemuda yang mengamalkan dengan baik nilai Alquran.
Sebagaimana disampaikan Ust. Syamsuddin Nur Makka dalam acara Tabligh Akbar BIGBANG Center of Medical Islamic Activities (CMIA) pada Minggu (06/11) di Masjid Ulil Albab UII. Salah satu isi amalan Alquran adalah berbakti kepada orang tua. Diceritakan sebuah kisah masyhur yang membuat penduduk bumi iri bahkan hingga hari ini. Uwais Alqarni adalah refleksi pemuda yang mengamalkan isi Alquran melalui baktinya kepada sang ibunda.
“Mengamalkan Alquran itu tak usah jauh-jauh, mulai saja dari rumah,” kata Ust. Syamsuddin.
Lanjutnya, dahulu tak ada siapapun yang mengenal sosok Uwais Alqarni. Saat ia tidak hadir di majelis tidak ada yang menyadarinya. Saat melamar gadis seseorang tidak ada yang menerimanya. Saat Uwais sakit tidak ada yang menjenguknya. Sebegitu Uwais tidak terkenal di bumi ini. Namun, nama Uwais sangat terkenal di akhirat karena baktinya kepada ibunya.
Bahkan Rasulullah saw. sebelum wafat berpesan kepada sahabat-sahabatnya untuk mencari Uwais agar didoakan. Uwais belum pernah melihat Nabi, namun Nabi sudah mengagumi Uwais. Sebegitu indah sebuah nilai amalan dari Alquran.
Selain itu, Dia menyampaikan mengenai makna bersyukur. Saat kamu mampu mensyukuri hal yang tak diingat, maka akan mampu mensyukuri hal yang tak dilihat. Saat tidak mampu bersyukur hal-hal yang ada di sekitarnya, bagaimana akan menunjukkan rasa syukur kepada Allah Swt.
Sementara itu, pembicara lainnya, dr. Agus Taufiqurrahman, Sp.S., M.Kes mengatakan, “Boleh jadi kita gagal menjadi seorang guru, misalnya, tapi jangan sampai kita gagal menjadi orang beriman”. Dia menerangkan bahwa ilmu agama itu sangat luas sekali. Tak hanya fiqih, tauhid, muamalah, dan bidang yang berbau agama saja. Namun, termasuk di dalamnya ilmu fisika, biologi, arsitektur dan lain-lain. Dia mengingatkan kembali bahwa Bapak Kedokteran adalah Ibnu Sina, seorang muslim. “Pemuda yang baik adalah yang mengenal agamanya,” tambahnya.
Dari pernyataan tersebut, Dia ingin mengingatkan para pemuda muslim bahwa mempelajari ilmu agama merupakan hal yang penting. Lebih lanjut, Dia juga menyinggung masalah pergaulan pemuda muslim yang baik. Kini, konotasi pergaulan sering disalah artikan menjadi hubungan antar lawan jenis saja.
Padahal maknanya bisa saja sesama muhrim, laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan. Maknailah pergaulan menjadi hubungan sosial yang baik. Manusia sendiri sejatinya diciptakan menjadi makhluk sosial, makhluk yang tidak mampu hidup sendiri. Contohnya adalah sesaat manusia dilahirkan dia tidak akan mampu hidup sendiri, berlanjut hingga akhir hayatnya.
Terakhir, dr. Agus memberikan contoh agar para pemuda muslim senantiasa kuat menjaga imannya dari godaan untuk berbuat maksiat. Diceritakan sosok Muhammad Ali, seorang petinju legendaris yang selalu membawa korek kemanapun ia pergi. Ali tidak merokok, lalu untuk apa selalu membawa korek?. Ali gunakan korek itu untuk membakar kulitnya sendiri saat ingin berbuat maksiat. Saat ia menyadari bahwa menahan panas api korek saja tidak mampu, apalagi menahan panas api neraka. Dengan demikian, ia akan mengurungkan niatnya untuk berbuat maksiat. (UAH/ESP)