Pandemi Tak Mengurangi Makna Ramadhan
Ramadhan di tahun ini memang berbeda karena adanya pandemi Covid-19. Banyak kegiatan ibadah yang harus dilakukan dari rumah. Meski demikian hal itu tidak mengurangi makna dari ibadah Ramadhan yang kita jalankan. Tema inilah yang diangkat dalam sebuah kajian oleh Jafana, sebuah lembaga dakwah di bawah Fakultas Psikologi Sosial dan Budaya (FPSB UII). Kajian online bertema “Ramadhanku Selalu Mulia, dengan Covid atau Tanpanya” yang diadakan pada Sabtu (9/5) itu diisi oleh Ustadz Willi Ashadi. S.H.I., M.A.
Dalam kegiatan tersebut, Ustadz Willi menyampaikan Ramadhan dalam Islam diibaratkan sebuah tamu. Tamu ini datang kepada kita dalam waktu satu bulan penuh membawa hadiah yang berupa rahmah serta magfirah kepada umat manusia. Ramadhan berasal dari kata Romdo’un yang berarti panas. Para ulama juga menyebut Ramadhan adalah “panas”, maksud dari kata tersebut adalah jika kita berpuasa di bulan Ramadhan maka dapat membakar dosa-dosa kita.
Dalil yang telah menjelaskan tentang wajibnya seseorang berpuasa terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 183-185. Orang yang diwajibkan berpuasa adalah orang yang beragama Islam, baligh serta berakal sehat. Menjalankan puasa ini merupakan kewajiban dari seorang muslim ketika datang bulan Ramadhan, sehingga saat ini walaupun kita mengalami pandemi Covid-19 maka kita tetap wajib untuk menjalankan puasa.
Puasa sendiri memiliki arti menahan, maksudnya adalah menahan diri yang diawali untuk beribadah kepada Allah SWT. Seorang laki-laki yang berpuasa dinamakan “Soim”, sedangkan seorang perempuan yang berpuasa dinamakan “Soimah”.
“Ketika seseorang mengoptimalkan puasanya di bulan Ramadhan maka fadhilah yang akan didapatkannya adalah diselamatkan dari siksa neraka, mendapatkan ampunan, serta dilipat gandakan kebaikan yang dilakukannya”, ungkapnya. Dosa seorang yang berpuasa akan terkikis melalui sholat serta puasanya.
Allah pun akan memberikan keselamatan di hari kiamat kelak serta Al-Qur’an juga akan menolongnya Al-Qur’an diturunkan di bulan Ramadhan. Maka jadikanlah hari-hari bulan Ramadhan sebagai momen terbaik karena amalan yang akan kita lakukan akan dilipat gandakan.
“Pandemi Covid-19 pada Ramadhan tahun ini hendaknya diterima dalam pemikiran yang positif. Mungkin Covid-19 datang karena Allah ingin membuat ibadah kita menjadi lebih optimal dibandingkan ibadah puasa di tahun sebelumnya”, imbuh Ust. Willy. Hikmah lainnya adalah sebagai wujud cinta Allah, kita memiliki kesempatan yang lebih intens dengan Rabbul Alamin.
Di samping itu, dibukakan pintu pengampunan, menyadari dunia hanya sementara dan menyadari akhirat adalah selamanya. Oleh karena itu, janganlah kita mencintai dunia ini secara berlebihan, karena pada akhirnya kita semua akan meninggalkan dunia atau kitalah yang akan meninggalkan semuanya. (FNJ/ESP)