,

Pandemi Picu Ketidakstabilan Politik dan Ekonomi

Program studi (prodi) Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (HI UII) menggelar Sarasehan Webinar Islam & the Pandemic pada Sabtu (20/2). Acara bertemakan “Socio-Political, Economic Challenge & Opportunity” ini menghadirkan empat pembicara yaitu Dr. Heba Raouf Ezzat dari Turki, Prof. Danial Mohd Yusof dari Malaysia, Dr. Farhan Mujahid Chak dari Qatar, dan Priyonggo Suseno S.E., M.Sc, seorang dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) UII. Penyelenggaraan acara juga bekerjasama dengan Lembaga Budaya Embun Kalimasada, Yayasan Badan Wakaf UII.

Heba membuka diskusi dengan menyebutkan istilah Post Normal Times yang digagas oleh Ziauddin Sardar. Istilah ini merujuk pada waktu dimana manusia berusaha berjuang di tengah kompleksitas perubahan teknologi, kecepatan, dan perubahan zaman dengan segala penemuan dan perubahan baru.

“Sedangkan new normal atau normal baru sebenarnya untuk mempersiapkan diri menghadapi sesuatu yang masih belum kita ketahui, memaksa untuk menerima setiap prosedur yang akan diambil, dan menganggap ini sebagai situasi baru”, ungkapnya.

Menurutnya, ada begitu banyak tantangan politik dan sosial selama pandemi. Sebagai contoh negara berusaha memperkuat otoritas dan kedaulatannya saat krisis. Menghadapi tantangan tersebut, masyarakat sipil di banyak negara mencoba melawan terhadap kontrol ekstra yang diberlakukan oleh pemerintah. Negara mencoba untuk memaksakan kontrol akses kepada masyarakat, sehingga masyarakat ingin menolak operasi negara dengan solidaritas antara aktor global dan masyarakat sipil.

Sementara itu, Priyonggo Suseno lebih mengamati kemerosotan ekonomi sebagai dampak dari pandemi. Di antara banyaknya negara Islam yang yang berhasil keluar dari krisis ekonomi yaitu Bangladesh dan Benin. Ia menyarankan agar lebih memperhatikan pertumbuhan ekonomi kedua negara tersebut karena dapat memberikan pelajaran dari negara-negara muslim untuk menghadapi perubahan pasca pandemi.

Sedangkan Danial juga menambahkan dilema pelik yang dihadapi saat pandemi yaitu prioritas perawatan kesehatan masyarakat dan kegiatan ekonomi yang harus tetap berjalan untuk menjaga kestabilan. Menurutnya, pandemi mempengaruhi masyarakat di seluruh negara dunia dengan cara yang negatif.

Namun ia meyakini dalam jangka panjang hal ini akan menjadi katalisator untuk kemajuan besar dalam bidang medis, kesehatan, ekonomi, dan sebagainya. Selain itu, kesehatan mental saat pandemi juga yang perlu diperhatikan sebagai tantangan baru yang menuntut pemerintah untuk mengembangkan sistem pendukung psikologis masyarakat.

“Man is born free and everywhere is found in chains,” itulah kutipan Jean Rousseau sebagai penutup yang disebutkan oleh Farhan Chak. Ia mengkhawatirkan situasi yang semakin hari terlihat semakin radikal. (MRS/ESP)