Olimpiade Farmasi Indonesia ke-9 Sebagai Ajang Society of Scholar
Persaingan yang tinggi di antara lulusan farmasi Indonesia telah melahirkan iklim pembelajaran yang kompetitif bagi para mahasiswa. Guna menyalurkan hal itu, perlu diadakan ajang perlombaan yang sehat. Memfasilitasi hal itu, pada Sabtu (30/09), Program Studi Farmasi UII menjadi tuan rumah penyelenggara Olimpiade Farmasi Indonesia (OFI) ke-9 yang dilaksanakan selama dua hari. Hari pertama acara diisi dengan tes tulis untuk penyisihan peserta dalam kelompok yang bertempat di UII sendiri dan hari ke dua diisi dengan babak final.
Acara ini dihadiri oleh 142 peserta dari seluruh perguruan tinggi Indonesia seperti Universitas Surabaya (UBAYA), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Brawijaya Malang, Universitas Gajah Mada, Universitas Jambi, dll.
Sofyan SSi, M.Farm sebagai Penyelenggara Komite Acara OFI ke-9 menyampaikan tahun ini merupakan acara OFI yang paling banyak dihadiri oleh anggota peserta. Hal ini bisa disebabkan karena ketertarikan akan Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan pariwisata. Sebelumnya pada OFI ke-5, peserta yang hadir hanya sebanyak 100 mahasiswa atau akademisi.
OFI ini juga memberikan apresiasi piala pemenang dengan bergilir, seperti pemenang OFI ke-8 yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2016 lalu. Ia juga menjelaskan mengenai penyelenggaraan acara OFI ke-10 di tahun 2018 yang akan dilaksanakan di Universitas Andalas, Padang.
“Harapannya juga akan terbentuk Olimpiade Farmasi Internasional ke-1, dengan peserta tidak hanya dari mahasiswa Indonesia tetapi juga internasional khususnya dari 5 negara anggota ASEAN”, tuturnya.
Sedangkan Wakil Rektor I UII, Dr-Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, MA, IAI menekankan tujuan diselenggarakannya OFI ke-9.
“Walaupun ini merupakan kompetisi, akan tetapi yang perlu dilihat ialah esensi dari Society of Scholar dari kita semua. Dengan berkompetisi secara sehat, kita akan mendapatkan teman sekaligus ilmu pengetahuan. Hal utama yang perlu dituju adalah kita semua menuju masyarakat yang sehat. Ini bukan karunia yang individual, melainkan untuk kebersamaan”, jelasnya.
Ia menekankan pentingnya menjalin silaturrahmi bagi antar peserta sebagai seorang akademisi yang memiliki ilmu pengetahuan yang nantinya bisa bermanfaat bagi masyarakat dan negara. (AAA)