Nanoenkapsulasi Ekstrak Biji Sirsak Sebagai Antikanker Payudara
Kanker payudara merupakan suatu pertumbuhan sel yang tidak normal dan tidak terkontrol pada daerah payudara. Kanker ini menduduki peringkat kedua penyebab kematian pada wanita setiap tahunnya. Menurut Worl Health Organization (WHO), bahwa 8-9% wanita di seluruh dunia berpotensi terkena kanker payudara. Pengobatan terhadap kanker payudara pun terus dikembangkan baik dalam pengobatan tradisional maupun modern.
Berdasarkan data dari WHO bahwa 80% masyarakat di seluruh dunia memilih pengobatan dengan menggunakan bahan alami dari tumbuh-tumbuhan karena sifatnya yang tidak menimbulkan efek yang signifikan terhadap kesehatan dan keberadaannya yang melimpah di alam.
Persoalan tersebut mendasari tiga inovator muda dari Universitas Islam Indonesia (UII), Noviani Nurma Arif, Afifah Elok Fitriati, dan Arinda Dwi Rizki. Ketiga mahasiswa Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UII ini menciptakan inovasi baru pengobatan kanker payudara melalui karya dengan judul Nanoenkapsulasi Ekstrak Biji Sirsak Terhadap Pengobatan Kanker Payudara (NASIB SI KERA).
Disampaikan Noviani Nurma Arif pada Jumat (8/6), biji sirsak yang pada umumnya dianggap sebagai sesuatu yang tidak berharga dan dianggap sebagai limbah. “Melalui pemikiran yang positif, kreatif, serta inovativ kini diubah menjadi suatu yang memiliki nilai, manfaat, serta memberikan kontribusi orisinil terhadap ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kesehatan,” ujarnya.
Dijelaskan Noviani Nurma Arif Biji, sirsak diketahui mengandung senyawa Annonaceous Acetogenin yaitu senyawa bioaktif yang terdapat dalam tanaman sirsak. Senyawa ini bersifat sitotoksik yang dapat melawan sel kanker tanpa merusak sel lain yang sehat.
Dipaparkan Noviani Nurma Arif, senyawa acetogenin yang terdapat dalam biji sirsak diisolasi menggunakan teknik sokletasi dengan penggunaan pelarut etanol p.a. untuk memperoleh ekstrak biji sirsak.
“Selanjutnya dilakukan nanoenkapsulasi untuk meningkatkan bioviabilitas, mengontrol pelepasan obat yang lebih baik, serta kelarutan senyawa bioaktif yang lebih besar, sehingga obat yang dibuat dapat berperan maksimal sebagai antikanker payudara,” tandasnya.