Muslimah Ideal Era Millennial

Pemakaian hijab di era milenial kini sudah menjadi trend. Hal tersebut disinggung oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII), Dr. dr. Isnatin Miladiyah, M.Kes., pada acara puncak Hijab Day yang dilaksanakan pada Jumat (14/10) di Auditorium FK UII. Acara yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Solidaritas Hijab Internasional memiliki rangkaian acara sejak 1 Oktober 2022, seperti lomba poster, OOTD, dan reels dakwah.

Dia berpesan bahwa memakai hijab harus sebagai bentuk ketundukan seorang Muslimah terhadap perintah Allah Swt. Melalui hal itu, hidayah akan semakin dekat. Hijab juga harus digunakan sesuai syariat dengan tidak memakai pakaian ketat. Khusus kepada mahasiswa pesannya adalah agar tidak melepas hijab selepas kuliah. “Tunjukkan bahwa Islam merupakan rahmatan lil ‘alamin”, jelasnya.

Hal tersebut mengandung arti bahwa sebagai seorang Muslimah harus bersikap eksklusif. Mampu dan mau bergaul dengan semua orang, jangan hanya golongan tertentu saja. Jadilah agen perubahan untuk sekitar. Aspek keindahan dalam berhijab juga jangan diindahkan begitu saja, asal tidak berlebihan.

Materi inti disampaikan oleh Rochma Yulika, S.Ag, S.Pd seorang guru, penulis, motivator, dan konsultan keluarga. Dia memberi gambaran bahwa muslimah ideal adalah seseorang yang tidak hanya mengejar karir namun juga memperjuangkan kebermanfaatan di masyarakat. Selain itu sebagai abidatun lillahita’ala, muslimah harus menjadi seorang hamba yang tunduk kepada perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan tantangan muslimah sepanjang masa adalah perannya sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya. Menurutnya, dalam melakoni peran sebagai istri yang sholihah adalah sosok yang menjadikan suaminya sebagai quowam (pemimpin). Menjadi seorang ibu adalah suatu profesi terlama sepanjang masa. Ibu selamanya akan menjadi seorang ibu.

Lalu hal apa yang harus disiapkan untuk agar seorang Muslimah mampu melakoni perannya dengan baik?. Dia menjelaskan bahwa hal utama adalah aqidah yang lurus. Ibadah dibagi menjadi mahdoh dan ghoiru mahdoh. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang memiliki aturan syariat secara pasti, seperti shalat dan zakat. Berbeda dengan ibadah ghoiru mahdoh yang merupakan amalan yang diizinkan oleh Allah Swt. serta dilandasi oleh niat untuk memperoleh keridhoan-Nya, contohnya adalah berdakwah, silaturahmi, dan menjenguk orang sakit.

Pertanyaan mengenai seorang muslimah bolehkah bekerja dan menjadi kaya sampai saat ini masih diperdebatkan. Lebih jelasnya, ia menjelaskan bahwa seorang Muslimah boleh bekerja asal tidak mengesampingkan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu. Niatkan bekerja sebagai ibadah dan uang yang dihasilkan adalah untuk bersosial. “Semakin besar gaji, semakin besar zakatnya,” tambahnya.

Sebagai penutup, pesannya kepada audiens, khususnya mahasiswa adalah agar selalu menyadari keberadaan dirinya sebagai makhluk Allah. Memiliki iman yang senantiasa menggenap. Iman berkurang dengan maksiat, bertambah dengan taubat. Menjadikan Islam dan dakwah sebagai kendaraan menuju Allah dan kemuliaan. 

Memiliki semangat belajar yang tinggi dan pantang menyerah. Keinginan yang kuat untuk berkontribusi dan partisipasi di masyarakat. Selalu menjaga kehormatan diri dalam interaksi. Berusaha menjadi teladan bagi sesama. Senantiasa mengukir karya dan prestasi untuk dunia dan akhiratnya. (UAH/ESP)