,

Milad ke-77 Tahun, UII Meluhurkan Peradaban

Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Rapat Terbuka Senat UII secara daring pada 28 Zulhijah 1441 atau Selasa (18/8) guna memperingati milad ke-77. Milad kali ini mengambil tema Meluhurkan Peradaban. Peradaban menjadi pilar penting dalam menumbuhkan karakter generasi masa depan yang adaptif untuk menghadapi perubahan tanpa menghilangkan nilai-nilai luhur bangsa.

Rektor UII Prof. Fathul Wahid, Ph.D menyatakan meluhurkan peradaban berperan menjaga jati diri bangsa yang sepatutnya di tengah dinamika global. Demi upaya meluhurkan peradaban tersebut, UII terus berkontribusi menghasilkan generasi penerus masa depan yang berilmu dan berkarakter melalui dunia pendidikan.

“Sebagai pionir pendidikan tinggi Indonesia, UII berperan aktif mencetak generasi yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah. Di usianya yang ke-77, UII mengajak segenap sivitas akademika dan bangsa Indonesia untuk memaknai lebih dalam pentingnya merawat peradaban melalui pilar pendidikan,” ungkap Fathul.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya sikap menghormati masa lalu, mengkritisi masa kini, dan menjemput masa depan dengan suka cita. Masa lalu menjadi bukti kerja keras aktor peradaban dengan meninggalkan jejak yang tidak mungkin diabaikan. Sedang di masa kini menjadi ladang dakwah yang harus terus dievaluasi sebagai pijakan maju ke depan.

“UII dan umat Islam sebagai tengahan atau ummatan washatan, umat terbaik, dan adil yang menjadi saksi aktivitas beragam kelompok lainnya. Optimisme adalah sikap tengahan antara ketakutan (khouf) dan pengharapan (raja’). Apa yang kita ikhtiarkan hari ini dibingkai dengan optimisme menjemput masa depan,” tambahnya.

Ia merangkum ada empat hal yang turut memperkuat akar UII. Keempatnya yakni integrasi ilmu pengetahuan dan agama, keragaman pemikiran Islam, kebangsaan, serta internasionalisasi. Ia juga menjelaskan beragam inisiatif dilakukan untuk menguatkan nilai keislaman oleh seluruh warga UII melalui sinergi horizontal antar unit di lingkungan Rektorat, Fakultas, Jurusan maupun program studi, dan vertikal antarunit.

“Di antaranya adalah pembuatan aplikasi berbasis Android, Al-Qur’an dan Terjemahan UII yang telah diunduh lebih dari 1.000 kali. Ini dibuat sama seperti Al-Qur’an terjemahan dan artinya versi cetak rintisan Prof. Zaini Dahlan yang terbit pada 2002,” sebut Fathul.

Di samping itu, ia juga bersyukur atas peningkatan kualitas prodi melalui akreditasi. Seperti akreditasi internasional dari Royal Society of Chemistry Inggris yang diterima Program Studi S1 Kimia. Empat program studi UII lainnya, antara lain Ilmu Hukum, Psikologi, Ekonomi Pembangunan, dan Teknik Industri sudah mendapatkan sertifikasi internasional dari AUN-QA. Akhir 2019 Program Studi Arsitektur (program sarjana dan pendidikan profesi) juga berhasil mendapatkan akreditasi ulang (re-akreditasi) dari Korea Architectural Accrediting Board (KAAB).

Sementara itu, Ketua Yayasan Badan Wakaf UII, Drs. Suwarsono Muhammad, M.A mengucapkan terima kasih kepada Rektor dan segenap sivitas academika UII. Ia mengapresiasi upaya tak kenal lelah dalam meningkatkan sistem pengajaran di lingkungan kampus. Hal ini menurutnya bagian dari ikhtiar menghasilkan lulusan yang tak hanya berilmu ilmiah namun juga beramal amaliah.

Menguatkan Kesejatian UII

Puncak Milad ke-77 UII ini juga diisi dengan penyampaian pidato ilmiah Dosen Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII, Dr. Sus Budiharto, S.Psi., M.Psi., Psi. Ia Mengangkat materi orasi berjudul “Menguatkan Kesejatian UII”.

Sus Budiharto menyampaikan bahwa pandemik memicu situasi yang sarat dengan TUNA, yakni Turbulence, Uncertainty, Novelty, and Ambiguity. Upaya organisasi menghadapi situasi TUNA secara umum dapat dikategorikan menjadi dua. Yaitu dengan menyesuaikan diri menggunakan konsep organisasi pembelajaran/ learning organization serta menemukan dan menguatkan kesejatian melalui konsep organisasi autentik.

Menurutnya, kesejatian merupakan kata benda yang bermakna keadaan sejati atau autentik. Sedangkan sejati merupakan kata sifat yang bermakna sebenarnya, tidak ada campurannya, berasal dari kata sifat jati yang berarti asli dan murni. Kesejatian berpadanan dengan autentisitas yang berasal dari kata autentik. Autentik juga merupakan kata sifat yang memiliki makna dapat dipercaya, asli, tulen, dan sah.

“Kesejatian atau authenticity dapat dijadikan sebagai alternatif intervensi psikologis untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia, seperti kesejahteraan subjektif, kesejahteraan dalam relasi antar manusia, serta student engagement,” ungkap Sus.

Lebih jauh, hasil kajian dalam dunia organisasi menunjukkan bahwa kesejatian juga memiliki peran positif terhadap kepuasan kerja, keterpikatan kerja, hingga kinerja pegawai. Perilaku kerja yang autentik juga berkorelasi positif dengan emosi yang positif, penemuan makna dalam bekerja, kepuasan kerja, serta sebaliknya, berkorelasi secara negatif dengan emosi-emosi yang negatif dalam bekerja.

Ia pun mengajak hadirin untuk menguatkan serta menggali kesejatian UII sebagai langkah untuk bertahan dan tetap berkembang di tengah situasi pandemik seperti sekarang. (SF/ESP/RS)