Milad Ke-74, UII Tegaskan Komiten Membangun Bumi Pertiwi
Memasuki usia ke-74 tahun, Universitas Islam Indonesia (UII) terus berupaya meningkatkan kualitas dan potensi yang dimiliki. Upaya tersebut dilakukan tidak lain dengan harapan UII turut berkontribusi mencetak generasi bangsa yang unggul dan berkualitas. Selain itu, UII yang juga merupakan perguruan tinggi nasional pertama di Indonesia tetap memegang teguh komitmen pada nilai-nilai keislaman.
Disampaikan Rektor UII, Nandang Sutrisno, SH., LLM., M.Hum., Ph.D. pada pidato milad ke-74 UII di Auditorium Kahar Mudzakkir UII, Selasa (25/4), berbagai upaya peningkatan kualitas yang dilakukan UII selama ini telah membuahkan hasil. Seperti di antaranya memperoleh pengakuan Tiga Bintang (Three Stars Institution) dari QS Stars, raihan akreditasi internasional beberapa Program Studi dan Perguruan Tinggi Swasta terbaik berdasarkan Hasil Penilaian Kinerja Penelitian Perguruan Tinggi.
Nandang Sutrisno, Ph.D. menuturkan, UII menyadari bahwa ilmu pengetahuan yang diharapkan tidak hanya berupa pemikiran, pengetahuan ilmu agama, pengembangan diri, dan moral, namun juga bagaimana menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan, bumi pertiwi Indonesia yang kaya akan keragaman budaya dan keindahan alam. Oleh karena itu menurut Nandang Sutrisno, Ph.D. pada peringatan Milad UII kali ini dipilih tema “Universitas Islam Indonesia Membangun Bumi Pertiwi”.
“Pemilihan tema tersebut rasanya sangat relevan dengan upaya yang terus digalakkan di UII dengan visi UII sebagai rahmatan lil’alamiin,” ungkap Nandang Sutrisno, Ph.D.
Dalam pidato sidang terbuka senat milad ke-74 UII tersebut Nandang Sutrisno, Ph.D. juga menyampaikan perkembangan UII selama satu tahun terakhir. Di antaranya UII melakukan penguatan infrastruktur teknologi informasi. Dari hasil pengembangan infrastuktur yang ada, per 20 Desember 2016, konsumsi bandwidth di UII menurutnya telah mencapai sebesar 1,1 Gbps, meningkat hampir tujuh kali lipat dibandingkan dengan konsumsi pada masa yang sama di tahun 2015.
“Adapun pengembangan sistem informasi yang dilakukan meliputi Unisys, Klasiber, SIM Akademik, SIM Perpustakaan, SIM PMB, Aplikasi Nilai Mandiri, SIM SKPI, Repository & Archieve Center (Dspace), SAP dan Google Edu,” paparnya.
Sementara disampaikan Ketua Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, Dr. Ir. Luthfi Hasan, MS., UII yang memiliki latar belakang ideologis, harus segera melakukan akselerasi dalam dua hal. Pertama akselerasi untuk menguatkan eksistensi UII, baik dalam lingkungan lokal, regional dan global. Peran UII sebagai universitas yang memiliki banyak potensi keilmuan menurut Dr. Luthfi Hasan sangat dinanti oleh seluruh masyarakat.
”Sebagai universitas Islam terbesar di Indonesia, peran UII dalam Islamic global community akan sangat bermanfaat dalam meneguhkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lilalamin,” tuturnya.
Lebih lanjut disampaikan Dr. Luthfi Hasan, UII juga harus segera melakukan akselerasi untuk melakukan peningkatan kualitas lulusan, baik dari aspek keilmuan, profesionalisme dan akhlaqul karimah. Tantangan bagi perguruan tinggi di Indonesia saat ini menurut Dr. Luthfi Hasan cukup berat, dimana perguruan tinggi harus menyiapkan lulusannya untuk dapat berkompetisi minimal dalam ASEAN Community.
Selain itu, pada pidato puncak Milad ke-74 UII juga diisi dengan penyampaian pidato ilmiah oleh pakar arsitektur UII, Dr. Ir. Revianto Budi Santosa M.Arch. Dalam orasi ilmiahnya, Dr. Revianto menjelaskan paparan berjudul ‘Merevitalisasi Tradisi Merancang Masa Depan Bumi Pertiwi’.
Disampaikan Dr. Revianto agar tetap menjadi bermakna di muka bumi sebagai pengemban amanah untuk menjadi khalifatullah sekaligus ibadurrahman, universitas harus mampu “membumikan kampus” sehingga pengetahuan yang didalami dan dikembangkan dapat memberikan kemanfaatan bagi masyarakat luas.
Tak kalah pentingnya, di sisi lain, universitas sebagaimana disampaikan Dr. Revianto juga perlu “mengkampuskan bumi” yakni menjadikan seluruh yang ada di alam sebagai tempat belajar dan menghimpun pengetahuan. Kuliah Kerja Nyata, misalnya perlu untuk dikembangkan sehingga bukan hanya memberikan pengetahuan pada masyarakat desa tapi juga menimba pengetahuan dan kearifan dari berbagai penjuru bumi peristiwa yang mereka datangi.
”Lingkungan perdesaan dan masyarakatnya bukan hanya bidang garap untuk menerapkan pengetahuan, tapi tak jarang mereka adalah “guru-guru sejati” yang terbaik,” tandasnya.
Pidato Ilmiah Dr. Ir. Revianto Budi Santosa M.Arch. dapat diunduh di bawah ini.