Metode Pengajaran di Universitas Prancis
Warung Prancis (WP) UII menggelar bincang-bincang daring membahas cara belajar dan metode pengajaran di universitas Prancis, pada selasa (15/9). Diskusi menghadirkan Sylvain Lelong yang merupakan Koordinator Kerjasama Universitas dan Koordinator Campus France Nasional.
Prancis menjadi salah satu negara yang diminati untuk menuntut ilmu. Hal ini tak lepas dari banyaknya universitas bergengsi dan berkualitas di Negara tersebut. Tercatat ada sekitar 3500 intitusi pendidikan tinggi di Negara yang popular dengan sebutan Kota Mode ini. Dengan banyaknya universitas dan berbagai program studi yang ditawarkan tentunya memiliki gaya mengajar dan belajar yang berbeda dengan kuliah di Indonesia.
Mengawali paparannya, Sylvain Lelong menceritakan pengalamannya selama kuliah di Prancis. Dikatakan, terdapat dua tipe kelas yaitu Caus Magistraux (CM) dan Travaux Diriges (TD). CM yaitu kelas di dalam amphitheaters (kelas), bisa mencapai 400 mahasiswa dengan 1 dosen, untuk matakuliah yang berhubungan dengan teknik dan mengajar (teori).
Kelas lain disebut TD lebih mirip dengan kelas di Indonesia yang berisi 15-20 mahasiswa. Jika lebih besar hingga 30 mahasiswa. Sylvain Lelong mengaku di Prancis belum pernah menjumpai lebih dari 30 mahasiswa di kelas TD. Sehingga di kelas ini lebih banyak interaksi antar mahasiswa dan dosen.
“Namun kedua kelas ini sangat penting karena di CM kami akan belajar teori, dan TD kami mempraktekkan teori. Karena terdapat dua tipe kelas berbeda, maka mahasiswa harus dapat beradaptasi,” jelasnya.
Ia menyarankan, bagi mahasiswa yang ingin kuliah di Prancis harus dapat beradaptasi dan banyak menulis serta mendengar dosennya, biasanya mahasiswa saat mengawali kuliah di Prancis akan kaget dengan kebiasaan di kampus.
Lebih lanjut Sylvain Lelong menjelaskan tentang penilaian oleh dosen. “Terkait penilaian dosen ada yang namanya ujian, biasanya dalam satu semester terdapat UTS dan UAS. Sehingga mirip dengan kebiasaan penilaian di Indonesia. Biasanya ini untuk mata kuliah yang dipelajari di kelas CM. Untuk TD biasanya terdapat ujian setiap dua minggu sekali,” paparnya.
Perbedaan terkait nilai antara di Indonesia dan Prancis, menurut Sylvain Lelong jika di Indonesia menggunakan alphabet di Perancis menggunakan nilai 1-20. Biasanya yang mendapat nilai 16 sudah termasuk bagus, untuk kelulusan minimal nilai harus 10.
“Misal saya susah belajar Bahasa China namun Bahasa Inggris saya bagus, saya masih bisa aman. Selama di kelas mahasiswa dilarang merekam penjelasan dosen menggunakan alat elektronik, jadi selama kelas berlangsung kita hanya bisa memperhatikan dan mencatat penjelasan dosen,” ungkapnya. (FNJ/RS)