Merentangkan Karier di Era Industri Digital
Pandemi global yang memaksa berbagai sektor dijalankan secara daring membuat peluang kerja yang terkait dengan sistem teknologi dan informasi semakin diminati. Sejak kuartal tiga Tahun 2020 lalu, iklim industri digital justru menunjukkan tren positif pada pertumbuhan ekonomi dibandingkan sektor lainnya. Hal ini ditegaskan Muhammad Irfan pada acara virtual yang digagas oleh Direktorat Pengembangan Karier dan Alumni Universitas Islam Indonesia (DPKA UII).
CEO Enigma Camp ini menyebut bahwa masalah yang dihadapi Indonesia mengenai ketenagakerjaan di masa pandemi mengerucut pada dua isu besar. Hal ini terkait dengan semakin banyaknya generasi muda yang belum mampu berkarier (Youth Unemployment) namun tak diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja (Minimum Opportunity). Meskipun demikian, Irfan masih meyakini peluang karier di industri digital mampu mengisi kekosongan lapangan kerja yang saat ini banyak dicari.
Setidaknya ada lima (5) macam pekerjaan di era digitalisasi yang disebut Irfan banyak dibutuhkan oleh perusahaan teknologi. Baik dari skala global maupun nasional, posisi seperti IT Support, IT Network, Cyber Security, Software Developer hingga Data Specialist sangat vital dibutuhkan di industri teknologi kontemporer. “Jadi kesempatan itu sebenarnya sangat luas untuk mau lebih menyelami industri di bidang IT,” Sebutnya.
Di samping itu, untuk membangun kesiapan karier di era digital tentunya memerlukan beberapa langkah esensial. Irfan menyebut perlunya tujuan dan visi yang jelas dalam merencanakan karier di lingkup teknologi informasi. “Saat kita sudah tahu apa yang kita tuju dan punya passion apa di industri IT, kita harus punya clear vision buat beberapa tahun ke depan, 10 tahun ke depan kita harus jadi apa? Tetapkanlah target itu,” tandasnya.
Langkah selanjutnya adalah mengembangkan engineer skill secara lebih luas dan mempunyai persona yang mampu menjadi mentor agar dimensi pengembangan skill yang didapatkan tidak membosankan. Adapun langkah terakhir yang tak kalah penting adalah membangun ekosistem networking yang profesional.
Muhammad Irfan dalam pemaparannya juga menyadari masih adanya beberapa ketimpangan antara kurikulum yang disampaikan di bangku pendidikan dengan suplai yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan digital. Untuk itu, menurutnya perlu keseimbangan kurikulum yang up to date terhadap fenomena digital agar ditemukan sinergi positif pada pergerakan industri teknologi dan informasi nasional. (IAA)