Merayakan Bulan Kemerdekaan Indonesia Melalui Pembacaan Puisi UIISorenyastra #4

Dalam rangka menyongsong bulan kemerdekaan Indonesia, Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan UIISorenyastra #4 di Selasar Utara Gedung Mohammad Hatta Perpustakaan Pusat UII, Kampus Terpadu UII, Kaliurang, pada Kamis (29/8). Agenda bertajuk “Sudahkah Kita Merdeka?” tersebut menampilkan pembacaan puisi dari sivitas akademika UII, baik dosen, tenaga kependidikan, hingga mahasiswa serta berkolaborasi dengan pameran karya Program Studi Arsitektur UII Program Internasional bertema Learning From Mangunwijaya dan SEAM Encounters.

Rektor UII, Fathul Wahid, dalam sambutannya menyampaikan alasan pengusungan tema yang berkaitan dengan bulan kemerdekaan. Menurutnya, kemerdekaan tidak bisa dilepaskan dari kebebasan, termasuk dalam pembangunan yang intinya merupakan kemerdekaan.

“Kalau kita pinjam teorinya Amartya Sen, Capability Approach, maka di situ mengatakan development as a freedom. Bahwa pembangunan adalah kemerdekaan. Ketika kemerdekaan itu hilang, maka pembangunan sebetulnya sudah tidak ada,” terang Fathul.

Rektor menjelaskan bahwa definisi kemerdekaan ialah hadirnya pilihan-pilihan yang mungkin difungsikan. Memiliki modal pun memberi kemampuan bagi orang untuk melaksanakan pilihannya, seperti mendidik anak hingga mendapat layanan kesehatan. Apabila berbagai kemungkinan tersebut tak dapat difungsikan, menurut Fathul, kemerdekaan dapat dinilai telah hilang.

Orang tidak punya banyak pilihan, orang tidak makan, pilihannya hanya satu, karena tidak punya uang. Itu artinya tidak punya pilihan … Kalau saya tidak makan gara-gara saya tidak punya uang, itu bukan kemerdekaan. Jadi kemerdekaan adalah pilihan-pilihan yang mungkin difungsikan. Commodity, capability, dan functioning. Ketika kapabilitas tidak bisa difungsikan, maka kemerdekaan patut dipertanyakan,” terang Fathul.

Lebih lanjut, mengenai situasi tersebut, Fathul menegaskan bahwa kemerdekaan mesti terus diraih. “Merdeka dari siapa? Merdeka dari mereka. Siapa mereka? Satu, kebodohan dan pembodohan. Siapa mereka? Kemiskinan yang diturunkan. Siapa mereka? Pejabat yang lupa mandat rakyat. Siapa mereka? Pejabat yang lupa misi besar bangsa untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jadi kita harus merdeka dari mereka,” tandasnya.

Pada UIISorenyastra edisi ini, total 36 puisi berhasil dikumpulkan. Sejumlah 16 karya di antaranya merupakan karya dosen, 8 dari tenaga kependidikan, 11 dari mahasiswa serta 1 dari alumni. Acara UIISorenyastra #4 juga dipadukan dengan Pameran Belajar dari Mangunwijaya di Perpustakaan Pusat UII. (JRM/AHR/RS)