Meraih Kunci Sukses Dunia Akhirat dengan Iman dan Syukur
Dalam menjalani kehidupan dunia, manusia dituntut tidak melupakan kehidupan di akhirat sebagai kehidupan yang kekal nanti. Hal itu disampaikan Direktur Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) UII, Dr. Aunur Rohim Faqih, S.H., M.Hum, saat kajian Sila Bersama Ustad (Silabus) di Gedung Auditorium Kahar Mudzakkir pada Kamis (8/8). “Terimakasih kepada takmir Masjid Ulil Albab telah mempersiapkan semuanya dan mudah-mudahan memberikan rahmat serta ilmu yang kita dapat barokah,” ucapnya.
Sedangkan selaku pembicara, Habib Muhammad Bin Husain Al-Habsyi mengajak jamaah untuk pandai bersyukur. “Alhamdulillah kita telah diberikan banyak nikmat-nikmat dari Allah. Tentunya dengan nikmat-nikmat ini kita perlu mensyukurinya. Maka dari itu, kita perlu belajar ilmu syukur. Semua umat nabi Muhammad asalkan membawa kalimat tauhid semuanya akan masuk surga. Akan tetapi, bedanya ada yang langsung masuk tanpa hisab dan ada yang mampir tergantung dengan perhitungan amalnya,” jelasnya.
Menurutnya, “Kehidupan di dunia bagaimana seorang manusia dapat sukses dunia dan akhirat. Kuncinya yaitu iman. Ada sebuah pepatah mengatakan banyak orang yang mencintai tapi tidak banyak orang yang percaya. Oleh karenanya, kepercayaan itu langka”.
Selain iman, kunci sukses yang tak kalah penting adalah sifat sabar. ditambahkan Habib Husain bahwa dalam Al-Qur’an disebutkan 70-an ayat mengenai keutamaan sabar, orang yang sabar dicintai Allah bahkan dapat disebut keluarga Allah apabila menjadi orang sabar. Semua usaha yang menanggung sesuatu yang tidak enak karena Allah itu disebut sabar.
“Secara logika, ketika ada seseorang yang kehilangan hp kemudian dia bersabar apakah hpnya akan kembali? Tidak. Dan apabila seseorang tersebut kehilangan hp serta tidak sabar apakah hp tersebut akan kembali? Tidak. Sehingga, sabar atau tidak tidak akan merubah takdir yang terjadi. Akan tetapi apabila bersabar maka akan mendapat pahala dari sabar tersebut sedangkan apabila tidak sabar maka ia kehilangan pahala dari sabar tersebut”, tangkasnya.
“Sering kali manusia mengingat ketidaknyamanan daripada nikmat yang Allah berikan sehingga menjadikan manusia yang kurang bersyukur. Masih banyak jalan untuk bahagia jangan memikirkan hal yang membuat susah, karena dibalik masalah yang Allah berikan pasti tersimpan hikmah dan nikmat di dalamnya,” pungkasnya. (DU/ESP)