Menyelesaikan Persoalan dalam Arsitektur
Dalam upaya mewujudkan arsitektur yang pandai menyelesaikan persoalan dalam dunia arsitek, Program Studi (prodi) Arsitektur UII menyelenggarakan supporting lecture pada Senin (14/3) yang disiarkan langsung melalui channel YouTube prodi Arsitektur UII.
Ir. Ahmad Saifudin Mutaqi, M.T., IAI., AA., GP. selaku pembicara menyampaikan tentang apa yang biasanya dilakukan oleh arsitektur ketika menghadapi persoalan dalam proses memformulasikan karyanya. Maka dari itu, ia menyesuaikan tema yang diusung pada kuliah umum tersebut, “Problem statement and Initial Idea (Critical Thinking, Issues, Design Problems).”
Biasanya seorang arsitektur berproses melalui persoalan, bagaimana berfikir secara kritis, membuat sebuah isu, permasalahan-permasalahan yang melatarbelakanginya, bisa menemukan persoalan sendiri dan berusaha menyelesaikannya. Proses ini berada di jalan pikiran arsitek untuk menghadapi karya rancangannya.
Ahmad Saifudin menjelaskan bahwa dalam pemecahan masalah dan cara berpikir analitis diperlukan latihan dari hal yang sederhana. “Apa itu masalah arsitektur?,” tanya Ahmad Saifudin. “Tentu define sebagai masalah, berkaitan dengan hak-hak yang bersifat konseptual dan apa yang kemudian menjadi satu tujuan di dalam menyelesaikan persoalan itu, karena lebih bersifat kualitatif. Oleh karenanya arsitektur berusaha mencari apa-apa yang dianggap memiliki keunikan, ini merupakan poin penting,” terangnya.
Lebih lanjut dikemukakan Ahmad Saifudin, hal yang menjadi suatu cerminan adalah bagaimana arsitek mengeksplorasi, kemudian mendapatkan keunikan yang khas tertentu dan tidak terjadi di tempat lain, atau fenomena lain yang harus diselesaikan. Tahapan-tahapan dalam menyelesaikan persoalan, bisa dengan memikirkan, menganalisa, membuat eksplorasi, evaluasi lalu muncul gagasan-gagasan. Berikutnya gagasan-gagasan ini menjadi konsep arsitektur.
“Konsep arsitektur adalah makna atau alasan untuk suatu tujuan akhir dari apa yang akan dibuat. Meskipun dikaitkan dengan tujuan akhir, tapi ini bagian pertama dari proses desain dan harus dikembangkan.” tutur Ahmad Saifudin.
Konsep arsitektur menjadi awal dari proses-proses lanjutan, ketika akan ditanamkan dalam satu setting tertentu, maka kemudian akan melahirkan banyak alternatif, dan seterusnya. Disampaikan Ahmad Saifudin, dalam hal ini digambarkan seperti menanam suatu benih, dari fenomena-fenomena yang ditanam, akan melahirkan banyak hal yang memunculkan pemikiran-pemikiran. Sehingga konsep arsitektur digambarkan suatu ide, gagasan, kalau diformulasikan menjadi satu pandangan atau pendapat atau abstrak atau di level yang lebih mendalami lagi satu filosofi atau suatu keyakinan tertentu.
“Keunikan tergantung juga pada keadaan-keadaan setting tertentu, misalnya mempertimbangkan sebuah lokasi, lokasi bisa memberikan info banyak, mulai dari bentuk apakah memanjang, berkelok-kelok, square, apakah ireguler, dan sebagainya. Ini akan menimbulkan gagasan-gagasan,” ujar Ahmad Saifudin.
Ahmad Saifudin menjelaskan, permukaan akan memberikan pengaruh berbeda, ketika ada kontur, ada tinggi rendah, lalu bagaimana memanfaatkan tinggi rendah. Contoh paling sederhana, dari daerah resapan air, tutupan lahan tidak boleh lebih dari 10 % misalnya. Arsitek tentu berpikir bagaimana supaya bisa menghadirkan bangunan tidak melebihi aturan yang ada.
Faktor lokasi memiliki keunikan dan setiap lokasi memiliki perbedaan. “Ketika Anda semua memilih suatu lokasi, tentu tidak seperti memotong roti, Anda bisa mencari satu lokasi dengan keunikan yang melekat,” tegas Ahmad
Di akhir sesi, Ahmad Saifudin juga memberikan contoh desain arsitektur untuk dianalisis serta tujuan dari pembentukan desainnya. (LMF/RS)