Menyelamatkan Bumi dari Dampak Perubahan Iklim
Isu lingkungan menjadi agenda dunia dalam upaya penyelamatan manusia dan planet bumi dari dampak perubahan iklim. Salah satu upaya nyata adalah menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan seperti digariskan dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Menyikapi hal ini, Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) FMIPA Universitas Islam Indonesia menyelenggarakan webinar SDGs dengan mengangkat tema “”Membangkitkan Kesadaran Generasi Muda terhadap Isu Lingkungan Sebagai Perwujudan SDGs 2030″ pada Minggu (21/11).
Iding Achmad Haidir, D. Phil selaku pembicara pertama pada pagi hari itu menjelaskan mengenai skema Sustainable Development Goals (SDGs) pada poin konservasi keanekaragaman hayati. “Pada November kemarin, para pemimpin dunia berjanji, bersumpah bahwa mereka akan mendukung upaya konservasi dan mempercepat upaya restorasi atau pemulihan hutan”, Iding membuka. Konservasi alam memang menjadi bahasan penting bersama dengan poin-poin SDGs lain sebagai upaya mengontrol perubahan iklim.
Manusia, hutan/lingkungan dan satwa liar kemudian menjadi saling bergantungan dalam proses konservasi. Indonesia sebagai negara dengan mega biodiversity terbesar ke dua setelah Brazil tentu menjadi sorotan dunia sebagai aset panjang paru-paru dunia.
“Indonesia ini akan maju karena kekayaan hayatinya asalkan kita tahu apa yang kita punya dan mengerti bagaimana cara mengembangkannya”, tandasnya. Jadi sumber-sumber bioprospecting harus bisa memberikan manfaat sebagai modal Indonesia pada masa depan keanekaragaman hayati dunia.
Lebih lanjut, Dr.-Ing. Muhammad Abdul Kholiq, MSc. selaku Plt. Kepala Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (PTL-BRIN) juga menjadi pembicara pada kesempatan itu. Isu lingkungan yang diangkat Kholiq membahas mengenai pengelolaan limbah dan pemanfaatan lahan. Kholiq menyebut pengelolaan limbah sampah yang buruk bisa mencemari lingkungan dan berimplikasi pada perubahan iklim.
“Pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab semua lapisan mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga dunia usaha. Tentu saya juga berharap adik-adik mahasiswa ikut berperan aktif untuk menginisiasi pengelolaan sampah mulai dari rumah”, terangnya. Alternatif pengolahan sampah dari rumah sendiri bisa dilakukan dengan memilah sampah organik dan anorganik. Selain itu, inisiasi bank sampah dan penggunaan lubang resapan biopori bisa menjadi cara efektif dalam menanggulangi permasalahan sampah rumah tangga.
Pada skala yang lebih besar, Kholiq mengenalkan teknologi biogas yang menjadi tanggung jawab PTL BRIN. Biogas sendiri merupakan gas yang dihasilkan dari aktivitas anaerobik atau fermentasi bahan organik seperti limbah domestik, limbah industri, hingga kotoran manusia dan hewan. Pemanfaatan biogas sebagai alternatif bahan bakar rumah tangga tentunya dapat mengurangi emisi rumah kaca karena pada proses biodigester tidak terjadi proses pembakaran yang menimbulkan polusi. (IAA/ESP)