Menunaikan Shalat Idulfitri di Kala Pandemi
Umat Islam di Indonesia hendaknya dapat menyikapi dengan bijak dan mengikuti anjuran pemerintah dalam menyambut Idulfitri tahun ini. Seperti pelaksanaan ibadah shalat Idulfitri di awal bulan Syawal secara berjamaah, yang biasa ditunaikan di masjid ataupun tanah lapang. Mengingat potensi penyebaran dan jumlah masyarakat posistif Covid-19 yang terus bertambah.
Dosen Program Studi Ahwal Syakhshiyah Universitas Islam Indonesia (UII), Dr. Muhammad Roy Purwanto, S.Ag., M.Ag., melalui live Instagram di @uiiyogyakarta pada Rabu (20/5) menyampaikan tanggapannya. Menurut Roy Purwanto, segala amalan dan sunah pada Idulfitri hendaknya tetap dilakukan, namun dengan memperhatikan beberapa hal.
Pertama hukum shalat Idulfitri adalah sunah. Shalat Idulfitri dapat dilakukan di rumah dan sendiri sesuai hadis yang dinyatakan Imam Nawawi dalam syarah mazhab. Disebutkan bahwa shalat Idulfitri hakikatnya seperti shalat Jum’at, “apabila ada uzur seperti hujan lebat, ketakutan, dan lainnya dapat dilakukan tidak secara berjamaah. Lebih mengutamakan kemaslahatan umat,” paparnya.
Roy Purwanto menjelaskan tatacara Idulfitri, mengutip kitab Mukhtashar Al-um shola tied boleh dilakukan sendirian dan tidak perlu memakai khutbah. Adapun bila ditunaikan secara berjamaah (di rumah atau di kos), minimal dilaksanakan oleh 4 orang. sebagaimana pendapat Al-Muzani: Sesungguhnya Shalat Ied akan sah dengan empat (4) orang, satu (1) orang imam dan tiga (3) orang makmum. “Apabila berjamaah, maka diharuskan mengadakan khutbah, yang mana khutbah Shalat Ied sama rukunnya dengan khutbah Shalat Jumat,” terang Roy Purwanto.
Kemudian setelah niat, lalu takbir sebanyak 7 kali selain takbiratul ihram, yang mana di sela setiap takbir membaca tasbih. Kemudian pada rakaat kedua takbir sebanyak 5 kali dan disela-selanya juga membaca tasbih. “Untuk surahnya, setelah Al-Fatihah, tidak ada yang diwajibkan, yang penting surah yang dihafal dari Al-Qur’an,” imbuh Roy Purwanto.
Adapun bagi kaum hawa (perempuan) yang sedang berhalangan (haid), disunahkan mengikuti dengan hanya duduk dan mendengarkan sambil berdzikir. Karena pada saat Shalat Ied malaikat akan datang. Jadi akan tetap mengingat dan merasakan moment tersebut.
Berikutnya menurut Roy Purwanto, sunnah lain ketika memasuki Syawal yaitu saling meminta maaf dan silaturahim, namun pada tahun ini tidak dapat dilakukan secara langsung. “Kegitana fisik dan pertemuan bisa digantikan dengan sarana teknologi, tidak lain agar virus tidak berkembang (menyebar). Silaturahim tetap dilaksanakan namun dibatasi dengan sarana online,” tuturnya.
Adapun hikmah yang dapat diambil dari wabah Covid-19, bahwa Allah menciptakan segala sesuatu tidak ada yang sia-sia, termasuk Allah menciptakan Covid-19. Seperti menjadikan bumi menjadi lebih baik dari sebelumnya, dimana banyak riset yang mengemukakan bahwa lapisan ozone menjadi lebih tebal dan bumi menjadi lebih bersih. (FNJ/RS)