Penuh Perjuangan untuk Menjadi Arsitek
Arsitek dipandang sebagai seorang yang cerdas dan pandai dalam menggambar. Secara umum arsitek dianggap sebagai profesi yang menarik karena memiliki kedudukan tinggi secara ekonomi dan sosial. Karenanya, tidak sedikit yang ingin menggeluti profesi ini. Daya saing arsitek Indonesia di lingkup regional dan internasional saat ini pun semakin meningkat.
Menanggapi hal tersebut, Himpunan Mahasiswa Arsitektur Universitas Islam Indonesia (UII) mennggelar kolokium berjudul “An Architect Journey, How to Started?” secara virtual pada Minggu (28/6). Melalui diskusi ini, diharapkan dapat memberikan pandangan lebih dalam mengenai profesi arsitek.
Ar. Faiz Ihsan Muhammad, S.Ars., IAI, lulusan Arsitektur UII 2016, yang saat ini menjadi principle Aesthetic-In Atelier dan associate of Arkana Lab, bercerita mengenai perjalanan dirinya menjadi arsitek. Seperti halnya mahasiswa pada umumnya, setelah lulus ia pun ingin cepat-cepat bekerja.
Faiz Ihsan Muhammad mengaku setelah lulus mengirimkan lamaran pekerjaannya ke 50 perusahaan di Jogja, Jakarta, dan Bandung, namun tidak ada satu pun yang memanggilnya. Alhasil, dirinya terus introspeksi diri mencari sebab dirinya terus ditolak. Saat itu pula, Faiz Ihsan Muhammad ingat dengan ucapan dosennya dulu, Ir. Ahmad Saifudin Mutaqi, M.T., IAI., yang mengatakan jika ingin menjadi arsitek harus dibimbing dan memiliki mentor di belakangnya. Dari situlah ia mendapatkan jawaban, alasan dirinya ditolak banyak perusahaan.
Tahun 2017 Faiz Ihsan Muhammad mendatangi UII untuk mendaftar program studi profesi arsitektur. Selama kuliah profesi, Faiz Ihsan Muhammad memberanikan dirinya untuk mendirikan Aesthetic-In Atelier pada 2017. Awal pendirian berjalan lancar dengan mendapatkan partner yang berbeda-beda, namun di tahun berikutnya menjadi titik jerih payahnya dimana beberapa bulan biro nya tidak memiliki cashflow. “Membicarakan biro, kurva selalu naik tapi tiba-tiba turun drastis, ini menjadi masalah besar,” ungkapnya.
Melalui program studi profesi arsitektur di UII pula, Faiz ihsan Muhammad lebih memahami banyak hal mengenai dunia arsitek yang tidak diajarkan selama sarjana arsitektur. Dari studi profesi juga, dirinya mendapatkan kesempatan untuk menjalankan dua proyek dari dua perusahaan besar. Seperti sudah bekerja sesungguhnya, Faiz Ihsan Muhammad belajar banyak hal seperti memimpin orang lain, management waktu, dan mengurus biro sendiri. Hingga akhirnya di awal 2019 ia lulus kuliah dan menjadi arsitek muda.
Setelah lulus Faiz Ihsan Muhammad fokus pada biro sendiri, dan tak lama datang wabah virus Corona. Faiz Ihsan Muhammad bercerita selama Covid-19 banyak proyek yang dibatalkan atau dicancel, bahkan bersama timnya hanya menjalankan dua proyek. Padahal seharusnya terdapat belasan proyek yang sedang dijalankan. “ya selama ini sih beradaptasi dan berevolusi terus,” ungkapnya.
Selain Faiz Ihsan Muhammad, Ardian Adam Muladi, S.Ars., lulusan Arsitektur UII juga mendirikan biro sendiri bernama Littespace Architect. Berbeda dengan kawannya, Ardian Adam Muladi tidak melanjutkan program studi profesi arsitektur. Berbekal pengalaman selama kuliah dan keaktifannya dalam seminar-seminar nasional, Ardian Adam Muladi berani mendirikan biro tahun 2018.
Awalnya semasa kuliah, dirinya sempat mengikuti sayembara di beberapa kampus yang niatnya hanya untuk mendapatkan uang guna menambah biaya kuliah. Bahkan tahun 2014 Ardian Adam Muladi mengikuti sayembara nasional yang dibarengi dengan KKN, dan hasilnya mendapatkan juara 1. Saat semester enam, dirinya juga sempat menjalankan proyek untuk menggali potensi yang dimilikinya. “Padahal semester 4 dari nilai sekian menjadi 1 karena ada sesuatu hal, coba bangkit lagi,” ungkapnya.
Tekadnya mulai bulat di dunia arsitek. Tahun 2015 memperbaiki portofolio dan mengikuti sayembara lagi dengan mengirim ide nya ke 10 perusahaan. Berkat pengalaman dan kecedasannya, ia dipanggil oleh kesepuluh perusahaan tersebut. Hingga akhirnya ia memilih di perusahaan Tsang Architect. Hanya setahun di sana, tahun 2016 berpindah ke PT AI.
Selingan selama bekerja, ia tetap rajin menghadiri seminar-seminar. Baginya seminar sangat penting untuk menambah pengetahuan, terlebih sudah tidak kuliah. Melalui seminar pula dirinya mendapatkan banyak teman. “Waktu itu yang penting saya punya mentor dan ilmu bukan gaji. Pengen tahu peran arsitek kayak apa sih,” tambah Ardian Adam Muladi.
Ardian Adam Muladi mengingatkan kepada para mahasiswa Arsitektur agar setelah lulus tidak bingung harus melakukan apa, karena yang harus dilakukan menurutnya adalah mencari mentor dan dekat dengannya. Mencari pekerjaan di masa sekarang sangatlah susah, maka yang harus dilakukan juga memperbaiki portofolio.
Sama seperti pekerjaan yang lain, ada beberapa softskill yang harus dimiliki oleh setiap orang jika ingin menjadi profesi arsitek. Kemampuan tersebut antara lain leadership, teamwork, integritas, komunikasi, dan networking.
“Selain mampu untuk menyampaikan ide kepada klien, arsitek juga harus menjadi pendengar yang baik. Jangan menjadi arsitek yang arogan dan mengabaikan masukan-masukan dari klien yang akhirnya memaksakan idenya sendiri. Sebab ide klien dapat menjadi manfaat bagi klien itu sendiri sebagai pengguna,” tutupnya. (SF/RS)