Menjadi Pemenang dengan Pikiran dan Tindakan
Wabah Covid-19 yang melanda dunia telah mengubah banyak hal. Di awal penyebarannya, terjadi keterkejutan yang dirasakan hampir seluruh kalangan, baik karyawan, pengusaha, ibu rumah tangga, maupun pelajar atau mahasiswa. Namun, larut terhadap situasi dan menyerah bukanlah pilihan bijak. Semangat untuk tetap bertahan dan meraih kemenangan harus terus dijaga meski di tengah situasi yang terasa serba sulit.
Menykiapi kondisi ini, Laboratorium Inovasi dan Pengembangan Organisasi (Lab IPO) Teknik Industri Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan bincang-bincang motivasi bertajuk ‘You Can Win Again’ pada Rabu (22/7) malam. Disiarkan langsung di Instagram Lab IPO (@labipo.uii) pukul 19.30 WIB, acara ini dibersamai oleh mindset motivator kenamaan Indonesia, Krishnamurti. Kepala Lab IPO, Wahyudi Sutrisno, menjadi host pada kesempatan tersebut.
Berbagai kiat dan pesan diberikan coach Krishna, sapaan akrabnya. Salah satunya yakni menjaga pikiran tetap positif. Dalam Islam dikenal ada ibadah fisik, ibadah pikir, perasaan, kalbu atau jiwa. NLP (Neuro Linguistic Programming—sebuah pendekatan komunikasi, pengembangan pribadi, dan psikoterapi) itu di empat ini.
“Bila kita mampu mengelola empat ini, kita akan tahu ‘oalahh pikiran ini penting loh untuk dijaga, diproteksi’. Pikiran itu bisa lebih bodoh dari perut. Perut kalau diberi makanan basi, nolak. Kalau ini (memegang kepala), dikasih emas terima, di kasih sampah ya terima. Salah satu yang saya pelajari dari self-coaching adalah mensterilkan pikiran,” jelasnya.
Informasi tidak valid yang tersebar di grup aplikasi chatting pun dapat menjadi masalah bagi pikiran. “Awal-awal pandemi saya sudah keluar dari semua grup WhatsApp. Saya hanya cari informasi yang saya perlukan dan cari dari sumber terpercaya. Wong mahasiswa kok, sudah tau ada teknologi yang bisa ngapusi (bohong) malah masih ngikuti yang keliru,” ucapnya saat ditanyai cara terhindar dari hoax di tengah pandemi ini.
Coach Krishna mengungkapkan, ilmu self-coaching yang dipelajarinya memiliki kesamaan dengan salah satu ajaran yang ada di dalam agama Islam, yakni istikharah.
“Tahun lalu saya di Portugal, belajar mengenai coaching. Ada pembelajaran namanya self-coaching. Ternyata di dalam Islam sudah lama dikenal, apa itu? Istikharah. Setelah lama menggali-gali, ini ilmu self-coaching yang saya pelajari ada kaitannya, strukturnya (dengan istikharah),” sebutnya.
Self-coaching sendiri dapat dimanfaatkan untuk melihat, atau ‘mengintip’ jika mengambil istilah Coach Krishna, situasi dan keadaan di masa depan. Setelah mengintintip masa depan dan mengetahui situasinya, membangun winning state (keadaan atau titik kemenangan diri) dapat dilakuan.
Apabila keadaan sedang turun-naik, ia menyarankan untuk mensterilkan pikiran dari hal-hal negatif diiringi dengan menaikkan keadaan diri menjadi lebih baik. Mengolah nafas menurutnya menjadi salah satu kunci meraih winning state, di samping tetap terus beraktivitas. Ia pun mempraktikkan cara menarik nafas, menahan, dan melepasnya yang dapat membantu menyingkirkan pikiran negatif.
Sebagai penutup, ia mengutip perkataan John Grinder, tokoh Neuro Linguistic Programming. Ada tiga hal yang disampaikan. Pertama, tidak ada satu orang pun yang dapat mengontrol apa yang terjadi di luar sana. Yang kedua dibilang, tetapi Anda bisa mengontrol respon Anda. Yang ketiga, mungkin ini waktu terbaik untuk me-reset kehidupan Anda.
“Feeling saya ada sesuatu dari kalimat itu. Berhentilah mengharapkan seperti dulu, dunia sudah berubah. Ambil keputusan untuk berubah menjadi ‘New You’, diri Anda yang baru!” tegasnya. (HR/RS)