Menjadi Muslim yang Rahmatan Lil ‘Alamin
Sebagai seorang muslim yang taat, sudah seharusnya memahami konsep Islam Rahmatan Lil ‘Alamin. Berkaitan hal ini, Direktorat Layanan Akademik Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Kuliah Pakar Mata Kuliah Wajib Universitas (MKWU) bertemakan “Implementasi Islam Rahmatan Lil ‘Alamin dalam Lingkup Ke-Indonesiaan”.
Kuliah pakar yang digelar secara daring melalui platform YouTube Universitas Islam Indonesia, pada hari Jum’at (15/4) ini, menghadirkan pembicara Dr. H.M. Asrorun Ni’am Sholeh. M.A. yang saat ini menjabat sebagai Ketua Bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dalam materinya Asrorun Ni’am Sholeh mengatakan bahwa dengan adanya konsep Islam rahmatan lil alamin tidak serta merta menjadikan pembeda antara Islam satu dengan yang lainnya. Maksudnya adalah bukan berarti ada Islam yang rahmatan lil alamin dan yang bukan rahmatan lil alamin. Akan tetapi lebih menegaskan bahwa pada hakikatnya Islam hadir sebagai rahmatan lil alamin dan Rasulullah saw diutus oleh Allah Swt sebagai pemberi rahmat untuk umat manusia.
Lebih lanjut Asrorun Ni’am menambahkan, bahwa orang Islam belum tentu kaffah dalam berislam. “Ini sebagai penjelas saja bahwa Islam itu hadir sebagai rahmatan lil alamin, kalau ada orang yang berislam tapi tidak mendatangkan rahmat bagi semesta alam berarti dia tidak kaffah dalam berislam, kira kira itu ya yang perlu kita pahami secara bersama-sama,” jelasnya.
Asrorun Ni’am dalam kesempatannya juga menjelaskan implementasi isi dari Al-Qur’an dalam konsep rahmatan lil alamin. “Teman teman sekalian, Islam hadir dan risalah Islam hadir, serta nabiyullah saw hadir diutus hanya semata sebagai rahmat bagi alam. Landasan normatifnya sebagaimana ayat alquran menjelaskan Wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin. Rasulullah tidak diutus kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam, dengan demikian itu dipahami Rasulullah itu hanya diutus sebagai rahmat bagi alam semesta,” terang Asrorun Ni’am.
Dari ayat tersebut kemudian muncul pemahaman dan pengertian bahwa menurutnya, Islam merupakan suatu hal yang universal. “Dari ayat ini kemudian muncul pengertian dan juga pemahaman universalitas Islam. Islam mengemban risalah alamiah, risalah yang bersifat mondial, global, dan universal sifatnya, berlaku sepanjang masa untuk seluruh umat manusia,” paparnya.
Asrorun Ni’am menegaskan bahwa sebagaimana Islam mengajarkan bahwa tugas manusia yaitu sebagai abdullah, khalifah, dan khalifah fil ardhi. “Di dalam memperlakukan hubungan dengan Allah Swt sebagai Tuhan dalam kapasitasnya sebagai abdullah, hubungan sesama manusia dalam kapasitasnya sebagai khalifah, hubungan dengan alam dalam kapasitasnya sebagai khalifah fil ardhi,” sambungnya.
Di akhir sesi, Asrorun Ni’am berpesan kepada semua umat manusia, khususnya para mahasiswa UII yang sedang mengikuti kuliah pakar MKWU. “Ini hubungan resiprokasi atau hubungan timbal balik, kalau kita ingin merasakan bahwa Islam hadir sebagai rahmat dan kita memperoleh rahmat dari Allah, kita menginginkan rahmat dari Allah. Maka mulai dulu tebar rahmat, hadir sebagai sosok muslim yang memberikan rahmat dan juga kasih sayang kepada makhluk yang ada di bumi,” jelasnya
“Artinya, dakwah untuk memastikan Islam sebagai rahmatan lil alamin adalah sesuatu yang harus diupayakan untuk menghadirkan sisi-sisi inklusivitas,” tutup Asrorun Ni’am. (JR/RS)