Meningkatkan Regulasi Diri dan Keterampilan Produktif
Dalam rangka meningkatkan regulasi diri mahasiswa, Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan workshop yang bertajuk Level Up Your Learning pada Jumat (22/11). Acara ini berlangsung di Laboratorium Microteaching PBI UII, Kampus Terpadu UII.
Workshop kali ini mengangkat tema “Strategies for Effective Self-Regulation and Productive Skill” dalam perspektif akademik yang ditujukan untuk membekali mahasiswa dengan strategi efektif dalam mengelola pembelajaran secara mandiri dan memahami urgensi regulasi diri dalam mencapai keberhasilan akademik.
Hadir sebagai pembicara, Dr. Rizki Farani, S.Pd., M.Pd., Alumni PBI UII, Meisela Hardianti, S.Pd., M.Pd. jajaran civitas academica PBI UII, dan seluruh mahasiswa PBI UII Angkatan 2024.
Dalam sambutannya, Dosen Prodi PBI UII, Dwiansari Ramadhani, S.S., M.App.Ling., menyampaikan tujuan pentingnya dari diselenggarakannya workshop. Ia menuturkan, workshop ini untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan menulis dalam bahasa Inggris secara efektif, sehingga mahasiswa PBI UII dapat mempersiapkan diri untuk level pendidikan yang lebih tinggi, termasuk keterampilan pengajaran dan persiapan karir masa depan.
Berikutnya, Dr. Rizki Farani, S.Pd., M.Pd. memaparkan materi mengenai “Your Life, Your Style: Unlocking Powerful Potential in Education,” yang menekankan pada self-regulasi diri dalam mengelola kehidupan akademik. Ia menegaskan bahwa self-awareness merupakan kunci dasar untuk terhubung dengan diri sendiri serta memberikan respons positif terhadap berbagai hal yang terjadi di sekitar.
“Self-awareness sebenarnya adalah kunci dasar untuk terhubung dengan diri kita sendiri, untuk memastikan bahwa kita baik-baik saja, dan kita dapat memberikan respons positif terhadap banyak hal yang terjadi di sekitar kita. Jadi, ini adalah tujuan kita hari ini. Self-reflection untuk membuka potensi positif dalam pendidikan.” tutur Rizki Farani.
Rizki Farani menyinggung pentingnya untuk menghadapi masalah self confidence, trust issue, self doubt, berdasarkan fakta yang terjadi dalam fenomena sosial. Menurutnya, kehidupan diibaratkan seperti pohon yang memiliki akar, yaitu Iman. Iman menjadi dasar pandangan hidup. Maka jika iman terganggu, hal itu akan mempengaruhi akhlak, yang diibaratkan sebagai daun dan buah. Pohon yang tumbuh dengan baik melambangkan manusia yang Rahmatan Lil Alamin.
“Dalam perspektif Islam, akar-akarnya disebut Iman, jadi ini adalah dasar bagaimana kita memandang kehidupan kita. Bagaimana kita melakukan segala sesuatu dalam hidup kita, harus ada akar, harus ada Iman dalam jiwa kita. Jika ada yang salah dengan iman ini, itu akan mempengaruhi akhlak. Akhlak itu seperti daun dan akar. Hidup kita seperti sebuah pohon, seharusnya tumbuh, tidak hanya tinggi tetapi juga sehat. Jika kita tumbuh tinggi dan sehat, kita bisa menjadi manusia yang Rahmatan Lil Alamin,” tandasnya.
Menurut Rizki Farani, akar permasalahan adalah kontradiksi antara jati diri dengan ekspektasi sosial menjadi salah satu penyebab utama. Ia juga menambahkan bahwa hidup dalam tekanan ekspektasi sosial seringkali membuat seseorang merasa gagal dan tertekan jika tidak memenuhi standar. Hal ini dapat memberikan dampak langsung pada mental well being yang mempengaruhi pendidikan. Maka, kunci untuk memperkuat itu adalah resilience, kemampuan untuk melihat segala sesuatu secara positif.
“Kunci untuk memperkuat pendidikanmu adalah ketangguhan. Kemampuan untuk melihat segala sesuatu dengan cara yang positif. Ketangguhan akademik diperkuat oleh atribut pribadi. Tidak peduli seberapa pintar kamu, jika tidak ada sikap pribadi seperti ketekunan, kemampuan untuk mengelola situasi, dan disiplin, akan sulit bagimu untuk menjaga motivasi. Langkah demi langkah, kamu perlu melangkah maju dari cerita tersebut. Buka potensi dirimu dengan sedikit mengubah pola pikirmu,” tegas Rizki Farani.
Sementara itu, pemaparan materi kedua oleh Alumni PBI UII, Meisela Hardianti, S.Pd., M.Pd., disampaikan materi tentang “Boosting Your Productive Skills” yang berfokus pada tantangan dan cara untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan menulis dalam Bahasa Inggris dengan percaya diri. Menurutnya, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan skill tersebut, seperti develop confidence, practice, dan immerse yourself in English.
Pada setiap sesi di workshop ini diselingi dengan praktik. Pertama, peserta diminta untuk menuliskan self fulfilment dan psychological needs mereka. Pada sesi kedua, peserta diminta untuk berlatih melalui aktivitas 5-minutes free write dengan menuliskan hal-hal yang paling mereka sukai tentang diri mereka sendiri. Terakhir, peserta diminta membuat mind map yang berisi study plan untuk semester depan. (AT/AHR/RS)