Menilik Sejarah Studi Komunikasi di Indonesia
Komunikasi menjadi bagian tak terpisahkan dalam interaksi manusia. Meski mendapat porsi besar dalam studi ilmu sosial, namun bagaimana ia bisa berkembang menjadi rumpun ilmu di Indonesia belum banyak dilirik. Program Studi (prodi) Ilmu Komunikasi UII menggelar serial bincang sejarah komunikasi pada Sabtu (4/7) melalui zoom. Kegiatan yang menghadirkan penulis, Justito Adiprasetio sebagai pemateri itu bertujuan membuka wawasan mengenai asal usul ilmu komunikasi di Indonesia.
Justito Adiprasetio menyampaikan sebenarnya komunikasi dalam artian diskursus komunikasi pada kerangka epistemic diawali dengan ilmu publizistik. Misalnya di Universitas Padjadjaran (UNPAD), sebelum hadirnya ilmu komunikasi nama yang dipakai adalah ilmu publizistik. Begitupun di kampus lain, terjadi tren serupa. Kebanyakan orang menganggap ilmu publizistik adalah awal mula kelahiran cikal bakal ilmu komunikasi di Indonesia.
“Mulanya, diskursus komunikasi di Indonesia pada tahun 1940-1950 an menjadi awal pertemuan ilmu publizistik dan ilmu penerangan. Kedua ilmu ini memiliki kemiripan sekaligus perbedaan. Diskursus penerangan muncul lebih dulu dibandingkan publizistik, karena sebelum kemerdekaan Indonesia terdapat departemen penerangan Jepang atau sedenbu (departemen propaganda)”, terangnya.
Di UNPAD dahulu terdapat prodi Ilmu Penerangan dan saat ini menjadi prodi Manajemen Komunikasi. Beberapa kampus di bawah jurusan Ilmu Komunikasi juga memiliki ilmu penerangan yang menjadi salah satu mata kuliah. Bahkan ilmu publizistik dahulu di bawahnya juga terdapat ilmu penerangan.
Jika ditelaah lebih lanjut, maka ilmu penerangan sudah lama hadir bahkan sebelum 1945 dan sering dibicarakan dalam tatanan pengetahuan pemerintahan dan saat Indonesia berdiri. Departemen Penerangan merupakan salah satu dari dua belas departemen pertama Indonesia.
Selanjutnya kehadiran publizistik yang pada tahun 1940-1960 dianggap simetris dan termasuk istilah baru. Para wartawan pada tahun itu masih menggunakan istilah jurnalistik. Pada kurun waktu 1930-1960 an, ada orang yang memulai melalang buana ke Jerman seperti Adi Negoro, M Tabrani, dan lainnya.
“Pada periode itulah awal mula masuknya publizistik ke Indonesia yang kemudian menjadi ilmu tentang jurnalistik dan komunikasi. Publizistik pun lambat laun menggantikan secara terminologi jurnalistik”, pungkasnya. (FNJ/ESP)