Mengukur Ketakwaan Seorang Muslim
Nilai manusia ada pada kualitas iman mereka. Faidah terbesar dalam menjalankan ibadah puasa adalah tumbuhnya ketakwaan, seperti mencegah diri dari perbuatan maksiat. Sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Baqarah [2]: 183 yang artinya hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.
Kajian online Ramadan yang digelar Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (UII) kalai ini, Kamis (14/5), mengangkat tema Hubungan Puasa dan Takwa. Kajian dipaparkan oleh dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam UII, Lukman, S.Ag., M. Pd.
Dalam kajiannya, Lukman menerangkan bahwa korelasi antara berpuasa dengan takwa ditinjau dari manfaat berpuasa itu sendiri. Dengan ketaatannya seseorang menjalankan ibadah puasa mampu membuat keimanannya bertambah. Sedangkan di sisi lain dengan mengerjakan puasa seorang hamba telah patuh terhadap perintah-Nya dan mecegah dirinya dari perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt.
Lukman juga menjelaskan bahwa ketakwaan manusia bisa di ukur. Berdasarkan 6 aspek analisis pengukuran yaitu; keimanan yang mendalam kepada Allah Swt. dan rukun iman lainnya, keyakinan dalam berdamai berdasarkan pengetahuan, kesadaran hidup adalah ujian, cinta Allah Swt. dan Rasulullah Saw.
Berikutnya bertawakkal kepada Allah Swt. secara benar, dan yang terakhir menghikmati kehadirannya kapanpun sebagai karunia. “Bagi seorang muslim, ketakwaan menjadi sesuatu yang sangat penting, karena takwa menjadi ukuran kehormatan seseorang di hadapan Allah Swt,” jelasnya.
Ia juga menegaskan untuk meningkatkan ketakwaan seorang hamba Allah Swt, hal yang terpenting yang perlu dilakukan adalah dengan mengenal Allah Swt. dengan meyakini sebagai pencipta seluruh mahluk yang benar-benar ada, dari situlah tingkat keimanan seseorang akan diuji. “semakin seseorang mengenal Allah pasti semakin besar cintanya kepada Allah” ungkapnya. (HA/RS)