Mengkaji Pemikiran Linda Zagzebski tentang Epistemologi dan Pendidikan Karakter
Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar diskusi daring mengkaji pemikiran Linda Zagzebski tentang epistemologi dan pendidikan karakter pada Kamis (18/2). Kajian yang digelar secara daring ini mengundang pemateri Kurniawan Dwi Saputra, Lc., M.Hum. yang merupakan
Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam UII, Moh. Mizan Habibi, S.Pd.I., M.Pd.I membuka acara dengan sambutan singkat dan mengutarakan alasan acara ini diselenggarakan. “Kegiatan ini adalah salah satu ikhtiar kami untuk membangun transendensi di dalam sebuah institusi melalui forum-forum ilmiah semacam ini, namun tidak hanya dari sisi kesehatan fikiran tetapi juga dari sisi batiniah,” ungkap Mizan.
Kurniawan Dwi Saputra selaku pemateri mengawali pemaparannya dengan pengenalan tokoh filsuf asal Amerika, Linda Zagzebski. Alasan Kurniawan memilih pemikiran Linda Zagzebski karena menurutnya pemikiran Linda ini identik dengan hal-hal yang sudah tertera dalam Al-Quran. “Jika biasanya kita mengenal filsuf itu sangat rasional dan liberal, tetapi saya melihat ada corak yang berbeda dari pemikiran Linda,” jelas Kurniawan.
Lebih lanjut Kurniawan juga mengungkapkan bahwa Linda juga menggunakan pendekatan yang berbeda. Epistemologi yang dicanangkan oleh Linda bukan hanya bagaimana cara kita mengatahui sesuatu, tetapi bagaimana pengetahuan itu selaras dengan perilaku baik manusia. “Kebenaran pengetahuan itu bukan lagi mengenai benar atau salah, namun mengenai tindakan kebajikan yang muncul dari pengetahuain tersebut,” terang Kurniawan.
Selanjutnya Kurniawan menggunakan pemikiran Linda sebagai rujukan untuk mendidik karakter mahasiswa. Menurut Kurniawan landasan dari pendidikan karakter adalah kekaguman, ketika ada seseorang melakukan hal baik maka akan timbul kekaguman, kekaguman tersebut kemudian menjadi landasan moral bagi orang tersebut.
“Cara mengajar yang baik itu bukan hanya memberikan teori, namun lebih memberikan contoh kemudan nanti siswa bisa merefleksi dan pada akhirnya akan meneladani,” tutup Kurniawan. (AWP/RS)