Mengenal ORCAV Sebagai Solusi Dokumen Medis Digital
Universitas Islam Indonesia (UII) berkolaborasi dengan National Universities Network Indonesia (NUNI) menyelenggarakan IT Online Seminar “Emerging Trends in Information Technology” dengan tema “ORCAV-Solusi Dokumen Medis Secara Digital”. Webinar pada Selasa (29/03) itu menghadirkan empat pemateri inspiratif, yaitu Dosen Prodi Informatika Program Internasional UII, Irving Vitra Paputungan., S.T., M.Sc, Tim Developer Admisi dan Keuangan UII, Elbo Shindi Pangestu, Kepala Bidang Pengembangan UII, Hari Setiaji S.Kom., M.Eng., dan Muhammad Nur Imansyah (FK UII 2015).
Irving Vitra Paputungan menceritakan rumah sakit di Indonesia pada umumnya menghadapi masalah ketidaksempurnaan data medis. Ia mencontohkan pernah terjadi seorang anak kecil yang yang harus dibedah lehernya karena didiagnosis menelan klip kertas. Sebelum diambil tindakan, diperlukan data rontgen pada anak tersebut. Ternyata hasil rontgen tersebut menunjukkan bahwa yang tertelan bukan lah klip kertas melainkan sebuah kabel.
Dari cerita tersebut, ia menjelaskan konsep awal dari terbentuknya ORCAV adalah adanya data medis merupakan kekuatan dari prosedur diagnosis suatu peresepan. Kelengkapan data medis sangat bermanfaat untuk mengetahui secara riwayat penyakit pasien, tindakan yang telah dilakukan ini akan mempengaruhi rencana tindakan yang selanjutnya. Kualitas dari data medis sangat penting juga untuk ikut menentukan mutu pelayanan dari rumah sakit Indonesia
“ORCAV diciptakan memudahkan penyampaian informasi data medis secara lengkap baik itu, X-Ray, Computed Axial Tomography (CT), Magnetic Resonance Imaging (MRI), dll. Selain itu, ORCAV juga diciptakan dengan tingkat keamanan perusahaan yang tinggi dan dengan penyimpanan yang cukup tinggi. Hal ini juga memudahkan dalam penyimpanan dan pengiriman data medis skala besar”, jelasnya.
Ditambahkan Muhammad Nur Imansyah, juga menjelaskan bahwa ORCAV dapat diakses di dalam picture archiving and communication system (PACS) sehingga akan banyak memproses suatu informasi data dengan detail seperti video operasi.
“ORCAV juga dapat seperti MRI, dapat mendefinisikan suatu cairan, kepadatan, dan jaringan tertentu dan juga berwarna tidak hanya seperti mesin X-Ray tetapi akan lebih sekompleks itu”, jelasnya.
Elbo Shindi Pangestu sebagai tim teknis pembuatan ORCAV juga menjelaskan, rekam alat medis akan muncul dalam bentuk pdf. Data-data tersebut dapat dalam bentuk lengkap maupun hanya analisis.
“Misalnya dokter ingin konsultasi ke konsulen maka data tersebut dapat berbentuk anonymous. Bentuknya bisa dalam pdf import dan bisa langsung reporting ke MRI sehingga memudahkan para dokter”, imbuhnya.
Selain fungsinya sebagai penyampaian informasi dengan mudah dan jelas, ORCAV juga memudahkan akses dan meningkatkan resolusi gambar dari koneksi apapun, meningkatkan operasi membaca teleradiology dan multi lembaga, dan juga dapat membagikan gambar tidak hanya untuk rumah sakit, tetapi juga lembaga mitra dan pendidikan.
“ORCAV datang dan mencoba memberikan solusi untuk dunia pendidikan dan juga dunia kesehatan. Kita memberikan jalan untuk memudahkan akses data dengan mudah. Kami berharap rumah sakit di Indonesia semakin baik mutu pelayanannya dan bisa saling berintegrasi. Tidak hanya berguna dalam data rumah sakit tetapi juga data-data institusi pendidikan, penelitian juga memudahkan dalam mendapatkan data. Tentunya, dengan prosedur-prosedur yang harus terjaga”, pungkasnya. (PN/ESP)