Mengenal Material Penting Arsitektur Indonesia
Arsitektur merupakan sebuah dunia desain bangunan yang tidak hanya mengedepankan pada aspek kekuatan dan kegunaan bangunan, namun juga harus memperhatikan nilai-nilai estetika yang ada pada bangunan tersebut. Oleh karena itu, seorang arsitek harus mampu memahami perbedaan, karakteristik, keunggulan serta kekurangan material yang hendak digunakan. Salah satu contohnya adalah timber yakni sebuah material yang berasal dari kayu gelondongan baik yang masih berdiri dengan kokoh maupun kayu yang sudah ditebang.
Hal ini disampaikan oleh Setiadi Sopandi, S.T., M.A.(Arch), IAI dalam Public Lecture Design Studio 2 dengan teman Tectonic and Craftmanship of Indonesia Pavilion at the 14th International Architecture Exhibition, la Biennale di Venezia. Seperti tema yang diangkat, Setiadi merupakan salah satu perwakilan Indonesia pada ajang 14th International Architecture Exhibition yang dilaksanakan di kota Venezia Musim Panas 2014. Secara umum, materi yang disampaikan oleh Setiadi merupakan gambaran dari Paviliun Indonesia dalam ajang tersebut.
Setiadi Sopandi mengemukakan Kayu Timber sudah lazim digunakan dalam proses pembuatan bangunan di Indonesia seperti digunakan dalam pembangunan ITB dan Wisma Kuwera. Batu juga merupakan material bangunan yang kerap digunakan para arsitek sebagai upaya pemberian simbol bagi bangunan tertentu salah satunya adalah penggunaan bantu sebagai salah satu simbol alam yang digunakan dala pembuatan Candi Borobudur sejak beberapa abad silam. Dunia arsitektur juga menganl istilah Brick untuk mendeskripsikan batu bata merah yang digunakan dalam pembuatan bangunan. Biasanya, Brick digunakan sebagai bentuk ekspresi terhadap suatu bangunan alih-alih sebagai struktur utama bangunan tersebut. Salah satunya adalah penggunaan batu bata pada bangunan Universitas Indonesia yang menjadi perwujudan simbol khas Indonesia.
Selain tiga bahan material tersebut, saat ini industri perancangan dan pembangunan di Indonesia mengenal beberapa bahan material lainnya. Salah satunya adalah baja yang sering dicap sebagai salah satu elemen mewah nan estetik yang digunakan pada beberapa bangunan di Indonesia seperti pada bangunan Gereja Katedral di Jakarta. Pada bangunan tersebut, besi tidak hadir sebagai sebuah struktur bangunan melainkan sebagai sebuah bagian dari estetika bangunan yang melambangkan kemewahan. Istana Kesultanan Yogyakarta merupakan contoh lain bangunan yang menggunakan baja sebagai simbol kemewahan. Penggunaan baja pada bangunan cukup berkembang pesat khususnya pada masa Demokrasi Terpimpin. Pada saat itu, Ir. Soekarno selaku presiden Republik Indonesia menggalakkan proyek pembangunan dengan menggunakan bahan baja.
Lebih lanjut disampaikan Setiadi Sopandi beton merupakan bahan material lain yang digunakan dalam pembuatan bangunan dan telah disempurnakan di Eropa sejak awal abad 20. Penggunaan beton di Indonesia sendiri dimulai pada saat pembangunan De Javasche Bank (saat ini dikenal sebagai Museum Bank Indonesia) pada masa pemerintahan Hindia Belanda di Batavia. Pasca kemerdekaan India khususnya pada masa pemerintahan orde lama, banyak bangunan penting yang dibangun berbahan dasar beton seperti Gedung DPR RI, Patung Pancoran hingga Patung Selamat Datang. Berkat pesatnya pembangunan gedung-gedungt ersebut, masyarakat Indonesia sampai memberikan “gelar pahlawan” bagi para arsitek yang telah berperan penting dalam pembangunan gedung-gedung tersebut.
Material terakhir yang perlu dikenal pada ilmu arsitektur khususnya di Indonesia menurut Setiadi Sopandi adalah Bambu. Material ini jarang difungsikan sebagai bagian dari struktur bangunan, namun cukup sering menjadi bagian dari material organik khususnya di daerah Jawa Timur. Secara umum, bamboo sering digunakan dalam pebuatan bangunan sementara namun bamboo pernah digunakan dalam proses pembuatan Pasar Gambir. Walaupun menjadi negara dengan jumlah spesies bamboo terbesar di dunia, Indonesia tidak bisa mengklaim bambu sebagai bagian dari kekayaan Indonesia karena bamboo bisa ditemukan di berbagai negara di dunia khususnya kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur.(AP/RS)