,

Mengenal Islam di Amerika Serikat

Memahami tentang perjalanan siar Islam tidak hanya terbatas di tanah air ataupun di negara-negara Islam lainnya. Namun persebaran Islam juga terjadi di berbagai belahan dunia lain salah satunya di Amerika Serikat. Melalui tabligh akbar yang kembali dihadirkan Universitas Islam Indonesia (UII) dengan mengusung tema Islam di Amerika diharapkan dapat menambah pandangan pendengar yang didominasi oleh mahasiswa bahwa di Amerika Serikat juga telah terjadi perkembangan Islam.

Tabligh akbar yang diadakan pada Kamis (29/11), di Auditorium Prof. KH. Abdulkahar Mudzakkir UII mendatangkan Ust. Muhammad Syamsi Ali sebagai penceramah. Ia adalah imam di Islamic Centre of New York, Amerika Serikat. Syamsi Ali merupakan salah satu lulusan pesantren Muhammadiyah Darul-Arqam Makassar. Meninggalkan Indonesia sejak berusia 18 tahun tepatnya pada tahun 1988 untuk melanjutkan pendidikan S1 dan S2 di Pakistan.

Berbagai pertanyaan muncul mengenai agama Islam di Amerika, terlebih pertanyaan-pertannyaan atas keraguan apakah Islam dapat berkembang di Amerika. Syamsi Ali menyampaikan bahwa pemikiran yang berkembang di dunia barat mengenai agama Islam bahwa Islam adalah agama baru. Tujuan ditanamkannya persepsi demikian untuk memahamkan bahwa Islam masih dalam proses “merangkak” belum dapat berdiri dan masih hanya bisa “disuapi”. “Sejatinya Agama Islam di Amerika itu adalah agama yang sudah sangat lama,” tegasnya.

Kembali Syamsi Ali menegaskan dalam materinya bahwa Islam telah lebih dulu sampai di bumi Amerika sebelum Columbus menemukan Amerika. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya tulisan-tulisan berbahasa arab di gunung-gunung Colorado. Awal mula perkembangan Islam di Amerika pada saat bangsa Cina muslim menginjakkan kaki di tanah Amerika melalui ekspedisi laut cina.

Dipaparkan Syamsi Ali, gelombang kedua yang membawa masuk agama Islam ke Amerika dengan kedatangan budak-budak Afrika dan salah satu dari mereka yang berasal dari Afrika Barat tetap kukuh mempertahankan agama Islam di tengah berbagai paksaan untuk meninggalkan agama Islam dengan menuliskan Al-Quran dari hafalannya. Kemudian dilanjutkan dengan kedatangan muslim dari timur tengah.

Lebih lanjut disampaikan Syamsi Ali, peristiwa yang terjadi pada tahun 2001 di World Trade Center (WTC) memojokkan Islam sebagai pelaku dalam kejadian tersebut dan menimbulkan berbagai persepsi bahwa Islam adalah agama “teror”. Akan tetapi peristiwa tersebut merupakan pintu gerbang bagi perkembangan dakwah Islam di Amerika Serikat.

Di hadapan sivitas akademika UII Ia menceritakan salah satu mualaf yang mempelajari Al-Quran dengan tujuan mencari kata “teror” di dalamnya justru menjadi muallaf disaat kekacauan sedang terjadi mengenai pandangan-pandangan buruk terhadap Islam.

Syamsi Ali yang diamanahi menjadi imam di Islamic Centre of New York memulai dakwahnya dengan membangun komunikasi kepada pemerintahan, pemeluk agama-agama lain dan masyarakat setempat. Menurutnya hal yang harus disadari oleh umat Islam saat ini adalah ketidakmampuan untuk hidup sendiri di tengah globalisasi yang terus berkembang pesat. “Orang yang positif akan melakukan kolaborasi, jadi saya membangun komunikasi dengan masyarakat di sana,” tuturnya.

Dipenghujung materi Syamsi Ali menyampaikan pesannya untuk tidak merasa minder terhadap bangsa lain. “Sebab penyakit orang Indonesia adalah merasa minder,” tegasnya. Pesan lain yang Ia sampaikan bahwa tugas pokok seorang muslim adalah melakukan dakwah. “Dakwah yang dilakukan dengan menunjukkan keislaman kita, jujur dalam berislam. Seperti ketika didalam masjid bersikap Islam begitupun di luar masjid,” pungkasnya.

Usaha lainnya yang Ia jalankan saat ini adalah membangun pesantren Nusantara Almadani. Salain sebagai media berdakwah pesantren ini dibangun agar Indonesia lebih dikenal di kancah internasional. “Saya memaksakan diri membuka pesantren di Amerika karna saya ingin menjawab kegalauan saya kenapa Islam di Indonesia tidak terkenal,” tuturnya. (NR/RS)