Mengawinkan Inovasi Teknologi dan Pendidikan Islam
Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof. Fathul Wahid, Ph.D menjadi salah satu pembicara kunci dalam webinar daring yang membahas “Inovasi Teknologi Dalam Pendidikan Islam”, pada Kamis (3/9). Di samping itu, acara ini juga menghadirkan Direktur Pancasarjana, Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an, Prof. Dr. H. M. Darwis Hude, M.Si. Agenda dihadiri ratusan peserta mulai dari dosen, mahasiswa, dan praktisi pendidikan Indonesia.
Fathul Wahid membuka pemaparan dengan mengutip perkataan Ali bin Abi Thalib yang berbunyi, “jangan mengajari anakmu seperti orangtuamu dulu mengajarimu, karena anak-anakmu bukanlah untuk hidup di zamanmu.” Ungkapan ini menyadarkan bahwa sistem pendidikan setiap zaman selalu berubah seiring dengan tujuan pendidikan, ekologi pendidikan, proses pembelajaran, proses pengajaran, serta tata kelola dan kebijakan pendidikan.
“Pendidikan diibaratkan seperti pohon yang terdiri atas akar yang kokoh dan ranting beserta daunnya yang lentur. Untuk mencapai pendidikan yang kokoh dapat melalui tiga prinsip atau nilai-nilai abadi, yakni ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib. Ta’lim dengan mentransfer pendidikan, tarbiyah mematangkan pribadi menjadi manusia utuh, serta ta’dib adalah membekali keterampilan dan sikap hidup. Kalau ketiganya dicampurkan secara baik maka pendidikan akan bagus kualitasnya,” tegasnya.
Fathul juga menekankan pentingnya kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. “Untuk berubah maka kita harus rela melupakan kompetensi yang telah kadaluwarsa dan tidak relevan. Sehingga kita dapat belajar ulang yang lebih baru. Lembaga pendidikan Islam haruslah modern. Begitu pula denga konten,” ujar Fathul.
Sedangkan inovasi pendidikan dalam lingkup Islam menurutnya dibedakan menjadi dua yakni lembaga dan konten. Lembaga terdiri atas sekolah, pondok, perguruan tinggi, kurikulum, aturan main, dan sebagainya. Sedangkan konten diantaranya materi pembelajaran yang terdiri atas cakupan dan bentuk.
Adanya inovasi di kedua hal itu pun memiliki corak yang berbeda. Perubahan di lembaga pendidikan terdiri atas perubahan tujuan pendidikan, ekologi pendidikan, proses pembelajaran, proses pengajaran, serta tata kelola dan kebijakan pendidikan. Sedangkan perubahan dalam konten yakni digitalisasi konten, keteraksesan konten, kekayaan konten, koproduksi konten, dan implikasi desain konten.
Di sisi lain, Darwis Huge mengulik inovasi pendidikan dalam perspektif Al-Qurán dan Hadist. Ia membagi tiga sumber daya yang ada di bumi, yakni manusia, alam, dan buatan teknologi. Seperti dalam Q.S. Al-Jatsiyah/45: 13 terdapat kata taskhir yang maknanya adalah menundukkan atau mengatasi alam, sehingga sebelum adanya manusia dan teknologi maka alam lah sumber daya pertama.
SDA membutuhkan pengelola yang diberi nama manusia, hal ini dijelaskan dalam Q.S. Al-Baqarah/2: 29-30. Lalu demi memaksimalkan SDA yang ada, maka manusia menciptakan teknologi buatan. “Dan Allah menempatkan manusia dalam bumi dalam rangka memudahkan kehidupannya seperti dalam Al-Baqarah/2: 184-185. Kalau tidak ada sumber buatan seperti teknologi maka kemanfaatan sumber lainnya sangat terbatas,” tambahnya.
Dalam aspek pendidikan, Darwis juga menggarisbawahi pentingnya teknologi. Ketika manusia lahir ke bumi, ia tidak mempunyai pengetahuan sebagai mana diatur dalam Q.S. An-Nahl/16: 78. Meski demikian, ia mempunyai potensi seperti fitrah dan bakat. Dalam perjalanan hidupnya, ia memperoleh instrumen atau modalitas hidup yang terus-menerus bertransformasi menyesuaikan lingkungan termasuk pendidikan.
“Berbagai generasi memiliki ciri berbeda-beda. Sekarang di generasi millenial, mereka mahir menggunakan gawai. Jika ada yang hidup di generasi ini tidak mengikutinya, maka akan terjadi kesenjangan pendidikan,” jelas Darwis.
Untuk itu, ia berpesan agar menggunakan teknologi secara bijak. Sebab segala sesuatu yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan. Hal tersebut berdasarkan firman Allah dalam Q.S. Al-Isra/17: 36. “Sementara itu, guru mengajarlah dengan visi misi rabbaniyah, ikhlas, sabar, ilmu yang benar, selalu menambah ilmu dan keterampilan termasuk ICT, dapat mempengaruhi murid, memahami psikologi murid, serta mengantisipasi perkembangan dan tren masa depan,” pungkasnya. (SF/ESP)