Menerapkan Mindset Ekonomi Digital di Indonesia
Teknologi memberi dampak pada berbagai aspek dalam kehidupan, terutama pada lifestyle sehari-hari. Dahulu, uang sangat perlu dibawa, tetapi sekarang tidak masalah apabila tidak membawa uang karena sudah ada dompet digital. Sekarang smartphone merupakan hal wajib dibawa karena semua sarana seperti pembayaran dan komunikasi telah ada di dalamnya.
Selaku fasilitator kuliah praktisi bisnis digital yang diselenggarakan oleh Program Studi (Prodi) Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) pada hari Sabtu (16/10), Rizki Hamdani, S.E., M.Ak., Ak., CA memaparkan pengantarnya bahwa terdapat perbedaan konvensional dengan digital business mindset.
“Kita telah mengenal ada 4M (Man, Method, Machine, Money) dan kalau kita berbicara mengenai sumber daya maka kita masuk pada M yang kelima yaitu Material. Dari 5M tersebut maka kita tahu bahwa sumber daya tersebut bersifat fisik. Dalam konsep transformasi digital, mindset kita adalah mindset digital. Sekarang sumber daya fisik dapat ditransformasikan menjadi sumber daya digital yang berbasis byte, sehingga dampaknya dapat mengurangi cost perusahaan,” ungkap Rizki.
Selaku narasumber, Widya Listyowulan yang merupakan Founder CoachCircle.id dan Vice President of Indonesia’s Top Unicorn menyampaikan bahwa digital ekonomi mempermudah manusia dalam memenuhi kehidupan sehari-harinya. Tidak hanya memberi dampak pada individu saja, tetapi juga memberi manfaat bagi negara. Apabila digital ekonomi dikembangkan dengan baik, akan mengurangi pengeluaran negara.
“Jadi, digital ekonomi sudah menjadi sebuah keharusan yang dimiliki masyarakat, terutama pada masa pandemi seperti ini,” papar Widya.
Lebih lanjut Widya memaparkan bahwa komponen yang paling penting mendukung perputaran ekonomi global adalah mobile technologies. Di dalam digital ekonomi terdapat digital connectivity serta digital entrepreneurship.
Di balik sebuah sistem, ada skill entrepreneurship yang dapat diandalkan, seperti menganalisa opportunity dan mentransfer kebutuhan pasar dalam bentuk digital. Selain itu terdapat pajak dalam platform digital, hal ini ditunjukkan dengan adanya biaya tambahan pada saat mentransfer uang melalui m-banking.
Keadaan digital ekonomi di Indonesia saat ini terdapat bonus demografi yang menciptakan growing number of middle class. Peningkatan ini disebabkan oleh pertumbuhan e-commerce yang pesat. Selain itu, customer market di Indonesia merupakan market pasar paling penting di dunia, terutama di kawasan Asia Tenggara. Hal ini terjadi karena Indonesia memiliki 79 juta pengguna aktif di sosial media serta menjadi rumah bagi 2.033 startups.
“Dampak peningkatan digital ekonomi di masa depan Indonesia bisa menciptakan 3.7 juta lapangan pekerjaan. Salah satu faktor yang akan mempengaruhinya adalah peningkatan UMKM yang akan meningkatkan 2 persen GDP,” ungkap Widya.
Ia meyakini digital ekonomi dengan kebijakan publik di Indonesia saling berhubungan. Dimana, Indonesia memiliki 7 Unicorn, jika di Indonesia tidak menerapkan kebijakan publik berupa peraturan-peraturan maka akan berdampak pada pelanggaran yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan.
“Di balik pertumbuhan yang positif, terdapat tantangan digital ekonomi di Indonesia antara lain cyber security, persaingan yang semakin ketat, masalah human capital, kurangnya akses internet yang memadai, dan regulasi yang tidak mengikuti perkembangan zaman,” pungkas Widya.
Dalam sambutannya Dr. Mahmudi, S.E., M.Si., Ak., CMA., CA selaku Ketua Prodi Akuntansi UII menyampaikan bahwa kuliah bisnis digital ini merupakan mata kuliah baru yang diimplementasikan di semester baru. Mata kuliah itu nantinya akan bersangkutan terhadap mata kuliah Data Analitik.
“Akuntansi dengan I-Techno Entrepreneurship dimana I itu Islamic, Techno itu diharapkan mampu mengembangkan dan Entrepreneur itu punya keunggulan atau skill. Sehingga, diharapkan mahasiswa dapat mempunyai daya kompetitif yang tinggi,” ujar Mahmudi. (RH/ESP)