Menepis Kecemasan Kala Pandemi dengan Iman
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Centris Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) mengadakan kajian kemuslimahan dengan tema Solusi Islam Dalam Menjaga Kesehatan Mental belum lama ini. Acara ini menghadirkan Ustadzah Rochma Yulia sebagai konselor rumah keluarga Indonesia dan penulis buku Muslimah Dakwah Majelis Syuro DPP ODOJ.
Ustadzah Rochma mengawali sesinya dengan mengatakan bahwa dalam hidup kita harus berpedoman dengan Al-Quran. Ia menyitir Surat Al-Hadid ayat 22-23 yang artinya, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (23) (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
Menurutnya ayat tersebut mengandung hikmah bahwa kita tidak boleh terlarut dalam suatu kesedihan dan jangan terlalu berbangga dengan kesenangan karena segalanya sudah diatur dalam kitab Lauhul Mahfudz.
“Kebahagiaan dan kesedihan bisa dibatasi dengan sabar dan syukur. Membatasi kesedihan dengan bersyukur masih diberi musibah yang tidak lebih berat dari musibah orang lain. Wujud syukur kita dengan mengingat nikmat yang sudah diberikan Allah SWT sebelumnya tidak hanya nikmat harta saja melainkan nikmat kesehatan, nikmat iman, dan sebagainya”, pesannya.
Di samping itu, yang tidak kalah penting adalah melengkapi sikap sabar dengan rasa syukur yang ada. “Allah tahu yang terbaik untuk kita dan kita tidak tahu apa yang terbaik untuk kita. Perlu diingat segala sesuatu yang terjadi di dunia ini atas kehendak dan kuasa Allah SWT. Kenikmatan Allah sangat lebih banyak daripada kesulitan yang ada dalam diri kita”, imbuhnya lagi.
Ia melanjutkan orang masuk surga belum tentu karena amalnya saja tapi bisa juga karena ujian yang berat dan ujian yang dirasakan. Hati manusia dalam menghayati kesedihan cenderung bersifat dramatis namun sebaliknya ketika menghayati kenikmatan malah jarang mengingat Allah SWT.
Manusia terkadang juga mengalami kecemasan sehingga untuk mengatasinya selalu ingat dengan iman yang ada di dalam hati kita. Allah akan menjamin hambanya selama masih ada keimanan yang ada di dalam dirinya. Keimanan dalam hati harus selalu di teguhkan bisa juga dengan membiasakan istigfar. Istigfar itu seperti olahraga batin orang-orang yang beriman dan mengingat Allah maka hatinya akan tenteram. Selalu berfikir positif dan selalu berprasangka baik dengan kehendak-Nya. (HN/ESP)