Menelisik Tanda dan Kemuliaan di Balik Malam Lailatul Qadar
Ramadan telah berjalan kurang lebih dua puluh hari. Tibalah kaum muslimin di hari puncak, yaitu sepuluh malam terakhir. Lailatul qadar menjadi hadiah terbaik di malam penuh kemuliaan itu. Membahas hal tersebut, Masjid Al-Muqtashidin Fakultas Bisnis dan Ekonomika hadir dengan kajian bertajuk Seputar Malam Lailatul Qadar pada Jum’at (22/4).
Faizar Rizky Shilnady, S.Pd. yang hadir sebagai pemateri memaparkan konsep lailatul qadar itu sendiri. Menurut referensinya, lailatul berasal dari kata dasar lailatun yang berarti malam. Sedangkan qadar berasal dari qadarun yang bermakna takdir atau kemuliaan.
Dipaparkan oleh Faizar, kehidupan manusia seyogyanya telah diatur jauh sebelum adanya peradaban dunia. Proses pertama yaitu penulisan takdir di lauhul mahfudz. “Takdir dari Nabi Adam sampai dengan kehidupan kita, sudah ditetapkan sebelum kita diciptakan. Jodoh, rezeki, menikah dengan siapa, dan tempat terakhir kita di surga atau neraka,” jelas Faizar.
Sementara itu berdasarkan pendapat Ibnu Abbas malam lailatul qadar merupakan malam yang diturunkan sebagai takdir tahunan. Merujuk kitab Zadul Nasir, takdir tahunan yang dimaksud adalah berupa rezeki dan juga kemurnian. “Takdir yang diturunkan oleh Allah melalui malaikat di setiap tahunnya,” ungkap Faizar.
Malam Kemuliaan dan Tandanya
Selain malam takdir, Faizar juga mengungkapkan bahwa lailatul qadar sering disebut sebagai malam kemuliaan. Hal tersebut dikarenakan seluruh aktivitas yang dilakukan dan apapun yang ada merupakan hal yang mulia. “Amalan, orangnya, kitab suci yang diturunkan, malaikat, nabi, dan untuk umat manusia yang mulia,” tutur Faizar.
Selanjutnya, kemuliaan yang ada juga tertuang jelas dalam Surah Al-Qadr. Dijelaskan dalam surah bahwa malam lailatul qadar lebih mulia dibandingkan malam seribu bulan. Lebih jauh Faizar mengungkapkan ketika seseorang mengejar dan mendapatkan malam lailatul qadar, maka dia akan memperoleh kemuliaan. “Sekalipun orang tersebut bergelimang dosa, siapapun yang bangun pada malam itu maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya,” tambahnya.
Kemuliaan selanjutnya ada pada kitab suci, malaikat, dan Nabi. Al-Qur’an sendiri diturunkan ke langit dunia dari sidratul muntaha melalui Malaikat Jibril lantas diteruskan ke Nabi Besar Muhammad saw. Bahkan ditambahkan Faizar malaikat akan diturunkan secara menyeluruh ke dunia “untuk mengaminkan doa orang yang bangun menghidupkan malam yang mulia itu,” pesannya.
Dan kemuliaan yang terakhir adalah “Allah menurunkan salam yang berarti kedamaian, ketenangan, dan keberkahan,” lanjut Faizar.
Pembahasan kemudian berlanjut mengenai tanda-tanda yang ada. Berdasarkan hadist shahih Imam Ibnu Khuzaimah, sinyal kedatangan lailatul qadar adalah dapat diketahui di malam-malam yang kondisinya cerah, indah, dan udaranya sejuk. Di keesokan hari, matahari lalu diketahui bersinar dengan warna kemerah-merahan. Malam tersebut juga dapat dijumpai pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir Ramadan.
Akan tetapi, kendati sinyal kedatangan telah dipaparkan secara gamblang. Faizar mengajak semua umat untuk tetap beribadah dan i’tikaf di setiap malam tanpa membeda-bedakan. “Allah sengaja merahasiakan, namun tanda sudah ada bagi kita yang ingin mendapatkannya. Maksimalkanlah ibadah yang ada, karena belum tentu di tahun berikutnya kita bertemu lagi,” pungkasnya. (KR/ESP)