,

Meneladani Ketaatan dan Keteguhan Nabi Ibrahim AS

Sila Bareng Ustadz (Silabus) merupakan agenda yang disusun oleh Ta’mir Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (UII) guna menyambut datangnya Idul Adha 1438 H. Acara yang diselenggarakan di halaman Masjid Ulil Albab UII, Senin (28/8), diisi oleh ceramah Ustad Fatan Fantastik dengan mengambil tema bermuhasabah dan merenungkan wujud cinta kepada Allah SWT lebih tinggi dari cinta kita kepada apapun.

Disampaikan Ustad Fatan Fantastik dalam ceramahnya, Nabi Ibrahim AS menjadi sosok tokoh teladan tentang bagaimana seharusnya wujud cinta kita kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim as mendapat julukan Khalilullah Khalilurrahman karena begitu disayang oleh Allah SWT karena ketaatanya menjalankan segala perintah.

“Tidak hanya menjalankan segala perintah Allah SWT namun Nabi Ibrahim as juga lulus dalam menjalani segala ujian tanpa mengurangi rasa taat dan cintannya kepada Allah SWT sedikitpun,” tuturnya.

Ustad Fatan Fantastik memaparkan, kisah tentang Nabi Ibrahim AS yang dibakar hidup-hidup dan kemudian api yang membakarnya berubah menjadi dingin. Hal ini merupakan kisah teladan dan bukti bahwa Allah SWT akan membalas ketaatan hambanya dengan hal/ mukjizat yang lebih besar. Berqurban juga merupakan kisah dari teladan Nabi Ibrahim AS yang begitu taat dengan segala perintah Allah SWT.

Lebih lanjut disampaikan Ustad Fatan Fantastik, Allah SWT menguji Ibrahim as tidak hanya secara individu, namun juga keluarganya. Kemudian Allah SWT menguji ketaatan dan kecintaannya dengan memerintahkan untuk menyembelih anaknya sendiri yakni Ismail as. Dengan keteguhan hati Nabi Ibrahim AS pun melaksanakan perintah tersebut dan Ismail as pun mengizinkan ayahnya untuk menyembelihnya.

“Namun karena ketaatan dan rasa cinta tersebut Allah SWT menggantikan tubuh Ismail as dengan domba yang besar. Begitulah cinta Allah SWT kepada hambanya yang telah meletakkan rasa cinta kepada Allah SWT lebih tinggi dari rasa cinta kepada apapun,” ungkapnya.

Di akhir ceramahnya Ustad Fatan Fantastik mengambil inti sari dan menambahkan beberapa himbauan. Parameter cinta kepada Allah SWT itu sederhana namun berat, oleh karena itu Allah SWT akan benar-benar sayang kepada hambanya yang mampu melaksanakan hal tersebut. Lewat kisah Ibrahim AS dan Ismail AS kita sungguh tahu betapa nikmatnya merasakan cinta kepada Allah SWT lebih dari apapun.

“Dan yang terakhir kita harus benar-benar bermuhasabah dan menanyakan pada diri kita sendiri sudah berapa besarkah wujud cinta kepada Allah SWT. Dan jangan lupa untuk beristigfar, dan juga disunahkan untuk membaca takbir terutama di 10 hari pertama Dzulhijah,” tutupnya mengakhiri ceramah. (BKP/RS)