Meneladani Kesabaran dan Keikhlasan Nabi Ibrahim
Panitia Adha Fest yang dikoordinir oleh Takmir Masjid Ulil Albab (TMUA) menggelar shalat Iduladha 1445 H di pelataran Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) pada Senin (17/6). Sejak pukul 06.00 WIB, ribuan jamaah sudah hadir memenuhi pelataran FH UII meluber hingga sepanjang jalan sekitarnya.
Bertindak sebagai imam mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) UII, Muhammad Mahadhir Asnawi dan khatib Ust. Samsul Zakaria, S.Sy., M.H. yang merupakan Hakim Pengadilan Agama Soreang. Khutbah shalat Iduladha menjelaskan seputar ibadah qurban, hikmah serta motivasi untuk meningkatkan amal serta iman seorang hamba.
Terkait esensi ibadah kurban, Ust. Samsul mengingatkan jamaah dengan mengutip hadits nabi yang menjelaskan bahwa bagi siapa yang memiliki kemampuan untuk berkurban, tetapi ia tidak mau berkurban, maka sesekali janganlah ia mendekati tempat shalat kami.
Selanjutnya, terkait hikmah kurban tidak terlepas dari sejarah baginda Nabi Ibrahim dan Ibunda Siti Hajar. Ust. Samsul berpesan untuk dapat belajar dari kesabaran dan keikhlasan Nabi Ibrahim yang mampu memberikan apa yang ia cintai kepada Allah, yaitu Ismail anaknya. Kemudian, ketabahan Ibunda Hajar yang mampu bertahan di gurun pasir panas tanpa ada makanan atau minuman.
“Maka, setelah kita berusaha dengan maksimal kita pusatkan kesabaran diri kita, tugas kita hanya mengangkat tangan menengadah kepada Allah Ta’ala dan selebihnya adalah urusan Allah,” paparnya
Pesan penting juga disampaikan khatib shalat Iduladha bahwa semoga bagi orang-orang yang berkurban tahun ini tidak hanya mendapatkan pahala, tetapi juga menjadikannya sebagai hamba yang semakin taat kepada Allah swt.
“Siapa saja yang sudah meniatkan kurban mudah-mudahan Allah menerimanya, dan yang sampai kepada Allah ta’ala bukanlah dagingnya, bukanlah darahnya, tetapi yang sampai adalah kataatan dan keikhlasan kita yang mudah-mudahan akan memberikan ganjaran terbaik oleh Allah ta’ala,” tutur Ust. Samsul.
“Dan barangkali yang belum berniat, masih ada tiga hari untuk kemudian kita menunaikan ibadah nahr atau yang kita sebut ibadah kurban,” imbuh ust. Samsul. (AHR/RS)