Mendokumentasikan Karya Arsitektur Secara Digital
Mahasiswa Program Studi Arsitektur Universitas Islam Indonesia belajar mendokumentasikan karyanya secara digital. Hal ini terungkap lewat workshop Digital Documentation, yang dibawakan oleh Syarifah Ismailiyah Al Athas, MT., GP beberapa waktu lalu secara daring.
Disampaikan Syarifah, digital documentation memiliki beberapa keuntungan seperti tingkat akurasi desain yang lebih tinggi, kemampuan untuk menganalisa data dengan jumlah yang lebih besar, cukup praktis digunakan di semua aplikasi, hingga pemanfaatan data desain lama untuk proyek desain baru yang relevan.
Ia juga menambahkan tentang dua bentuk Digital Documentation yang bisa digunakan yakni Photogrammetry dan Architectural Presentation Board.
“Photogrammetry merupakan sebuah program aplikasi digital yang mampu mengubah potret rancangan 2 dimensi menjadi bentuk 3 dimensi. Hal ini dilakukan dengan mengambil photo rancangan yang telah dibuat oleh mahasiswa yang kemudian disatukan dengan aplikasi hingga berbentuk seperti sebuah rancangan 3 dimensi”, jelasnya.
Hal yang membuat program ini menarik adalah penggunaan alat-alat sederhana seperti kamera, tripod, Chalk Spray Paint, latar foto berwarna hitam atau putih, motorized photography turntable, dan beberapa alat lainnya.
“Kameranya sendiri tidak harus menggunakan kamera DSLR namun juga bisa menggunakan kamera gawai yang sederhana.” Ujar Syarifah. Dia juga mengatakan bahwa penggunaan tripod disini untuk menjaga stabilitas kamera dan mahasiswa bisa menggunakan tangan mereka untuk menggerakkan benda yang hendak diambil gambarnya.
Selanjutnya, motorized photography turntable bisa diganti dengan menggunakan gallon yang diletakkan di atas sebuah penyangga hingga bisa digerakkan.
Konsep digital documentation yang dikenalkan oleh Syarifah adalah Architectural Presentation Board. Konsep ini memberikan nilai tambah dalam presentasi rancangan bangunan yang hendak dilaksanakan oleh mahasiswa. Nilai plus tersebut diharapkan mampu menambah kepercayaan diri dengan menampilkan beberapa efek selama presentasi.
Walaupun demikian, Syarifah mengingatkan kepada segenap mahasiswa untuk memperhatikan beberapa aspek dalam membuat Architectural Presentation Board. Di antaranya seperti ukuran dan orientasi rancangan, layout yang bisa digunakan baik berupa template yang sudah ada maupun garis-garis horizon berupa grid triangular dan rectangular yang didesain oleh mahasiswa.
Aspek lain yang harus diperhatikan meliputi penempatan desain dan pemilihan zona. Background dan warna yang hendak digunakan agar tidak bertabrakan dengan rancangan yang dimiliki yang akan membuat kurang fokusnya presentasi terhadap rancangan bangunan yang telah didesain.
Selain itu, mahasiswa juga harus memperhatikan hierarki visual, meminimalisir penggunaan teks dengan cara memaksimalkan penggunaan sketsa dalam menjelaskan maksud dari poin-poin yang hendak dipresentasikan. Mahasiswa juga diingatkan untuk tidak berlebihan dalam melakukan Architectural Presentation Board. Di akhir presentasinya, Syarifah memperkenalkan tiga aplikasi yang bisa digunakan oleh mahasiswa untuk menerapkan digital documentation yakni photoshop, Illustrator, hingga InDesign. (AP/ESP)