Menangkap Nilai Kemanusiaan dalam Karya Fotografi
Human interest menjadi salah satu pendekatan paling popular dalam dunia fotografi. Selain kemudahan penggunaannya karena objek fotonya sendiri adalah manusia. Human interest juga sarat akan pesan bermakna seputar nilai kemanusiaan itu sendiri. Universitas Islam Indonesia (UII) kembali mengadakan Workshop Fotografi yang kali ini berfokus pada fotografi jurnalistik dengan pendekatan human interest. Kegiatan tersebut diadakan di Lantai LG Gedung Moh. Hatta Perpustakaan UII pada Rabu (9/11). Workshop ini menjadi bagian komplementer dari rangkaian pelatihan fotografi yang diadakan oleh Humas UII bagi para sivitas akademika.
Dihadiri langsung oleh Sekretaris Eksekutif UII, Hangga Fathana, S.IP., B.Int.St., M.A., materi workshop kali ini disampaikan oleh Boy T. Harjanto. Ia merupakan pewarta foto lepas yang juga kontributor dalam pameran “Merapi Bersahabat, UII Berkhidmat”. Ia juga berpengalaman dalam fotografi jurnalistik baik dalam kancah nasional maupun internasional.
Dalam sesi sambutannya, Hangga Fathana menyampaikan bahwa pendekatan fotografi human interest berperan sangat penting dalam mengangkat isu kemanusiaan ke permukaan struktur sosial kita saat ini. Menurutnya, dinamika sosial yang ada sekarang didominasi oleh sifat materialisme yang semakin menggerus sisi-sisi kemanusiaan yang ada di masyarakat.
Ia juga memberi perhatian besar bagi pentingnya pendidikan nonformal bagi para pelajar di perguruan tinggi. Kiprah mahasiswa dalam penyeimbangan antara aspek materi dan non-materi dalam kehidupan sosial sangat besar andilnya. Salah satu bentuk pendidikan non-formal yang dapat digaungkan dengan giat adalah pelatihan soft skill sebagaimana yang diadakan oleh UII saat ini.
Adapun untuk materi inti workshop, Boy T. Harjanto mengaitkan teknik-teknik fotografi baik yang dasar maupun menengah dengan pendekatan human interest. Banyak teknik yang bisa diterapkan dalam genre fotografi yang satu ini seperti motion blur, siluet, tajam luas dan sempit, dan lain sebagainya. Ia juga menambahkan tips untuk memotret foto human interest ketika terdapat momen-momen khusus.
Momen-momen tersebut antara lain fenomena atau kejadian yang mungkin hanya terjadi sekali dan tidak akan bisa terulang lagi. Untuk itu fotografi human interest sangat erat kaitannya dengan jurnalistik, karena sebagian besar foto jurnalistik memuat objek manusia dengan nilai berita di dalamnya. Ia juga menambahkan bahwa kepekaan terhadap situasi menjadikan foto human interest akan semakin bernilai.
Seorang fotografer harus bisa menempatkan posisinya sebaik mungkin di tengah masyarakat atau struktur sosial agar bisa menghasilkan foto human interest yang tidak hanya bagus namun juga sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. “Fotografi itu suatu gambar yang dapat merekam suatu kegiatan manusia pada masanya. Uniknya foto mampu berbicara dan memberikan pengaruh pada jiwa (emosi) kita,” paparnya.
Dalam workshop ini juga diadakan sesi tanya jawab sehingga para peserta dapat lebih menggali hal-hal yang berkaitan dengan fotografi human interest dan berkesempatan bertanya langsung kepada ahlinya. (HM/ESP)