Memulai Membaca dari yang Sederhana

Membaca merupakan salah satu cara seseorang memperoleh informasi atau mempelajari hal baru. Di Indonesia, kesadaran akan pentingnya membaca ini dinilai masih perlu menjadi perhatian bersama. Merespon hal ini, Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar talkshow dan pameran poster bertajuk ‘Reading for Leading’ pada Jumat (20/12) di Auditorium Gedung Gedung Soekiman Wirjosandjojo, Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya UII.

Kegemaran membaca dapat ditanam melalui proses kecil yang secara konsisten dibangun. “Kita perlu menikmati proses membaca,” ungkap Lanoke Intan Paradita, S.S., M.Hum. mengawali sesi. “Akan sulit bila buku pertama yang dibaca itu topiknya berat dan terlalu banyak. Jadi mulailah dari yang paling gampang dan dari topik yang paling disukai,” tuturnya.

“Kenapa ini menjadi penting bagi kalian mahasiswa PBI? Karena nantinya kalian akan menjadi guru, kalian akan memimpin, menjadi role model bagi siswa-siswi kalian di masa depan, terlebih dalam hal membaca,” pesan Lanoke.

Lanoke memaparkan pengalamannya mengikut mengikuti Extensive Reading World Kongres (ERWC). “Saya belajar banyak dari mereka (peneliti ahli topik extensive reading). Meskipun mereka ahli, mereka tetap memberikan Saya ruang untuk berbagi informasi yang masih rempah-rempah ini,” ungkapnya disusul gelak tawa.

“Saya bertemu Richard Day yang dalam temuan akademisnya menjelaskan 10 prinsip dalam mengajar membaca,” kata Lanoke. Berdasarkan Day dan Bamford (2002) 10 prinsip tersebut yakni:
1. The reading material is easy (diperlukan materi membaca yang mudah untuk mengajar membaca, terutama di tingkat awal)
2. A variety of reading material on a wide range of topics must be available (selain materi yang mudah dicerna, juga diperlukan materi yang bervarian, sehingga bahasan topik tidak monoton dan tidak terkesan terisolasi)
3. Learners choose what they want to read (siswa dibebaskan untuk memilih apa yang ingin dibaca)
4. Learners read as much as possible (siswa perlu membaca sebanyak-banyaknya)
5. The purpose of reading is usually related to pleasure, information and general understanding (tujuan utama dari membaca adalah murni karena kenikmatan, menambah wawasan, dan pemahaman)
6. Reading is its own reward (membaca menjadi hadiah para siswa itu sendiri)
7. Reading speed is usually faster rather than slower (kecepatan membaca biasanya meningkat dari biasanya)
8. Reading is individual and silent (siswa perlu membaca sendiri di suasana yang kondusif)
9. Teachers orient and guide their students (selain membahas materi, guru perlu membimbing siswa)
10. The teacher is a role model of a reader (guru perlu menjadi teladan bagi siswanya)

Selain dihadiri Sekretaris Jurusan/Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Program Sarjana, Rizki Farani, S.Pd., M.Pd., talkshow juga menghadirkan Achamd Sofari Usman, aktivis sosial dan budaya. Ia memaparkan bahwa kegemarannya berkontribusi dalam kegiatan sosial bermula dari Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Dikatakan ada lima tahap yang perlu dilalui. “Perlu melakukan brainstorming, bila kalian belum tahu kegiatan sosial apa yang digemari,” tutur mahasiswa tingkat akhir yang akrab dipanggil Ari. Proses brainstorming membantu membuka peluang dan opsi dalam memilih.

“selanjutnya do some digging artinya lakukan sedikit riset, cari informasi lebih banyak, lalu daftarkan diri dan mulailah berkontribusi,” tuturnya. Ari juga menekankan pentingnya mengevaluasi diri di akhir proses melakukan aktvitas sosial dan mempertimbangkan keuntungan apa yang telah didapat. (IG/RS)