Memulai Bisnis Sedari Dini
Inkubasi Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) kembali menggelar sharing session LDR: Live dari Rumah melalui platform media sosial Instagram pada Selasa malam (12/5). Pada sharing session kali ini mengangkat tema Start Small Grow Big, dengan menggangdeng gumun.id yang merupakan bisnis sajadah travel. Anggia Pino, owner gumun.id. dalam kesempatannya berbagi tips berkaca dari pengalamannya membangun bisnis yang dirintis bersama suami tercinta.
Tips pertama adalah jangan terpatok di modal yang besar dan hendaknya jika mulai bisnis dimuali dari kecil. Seperti halnya ketika memulai usaha sajadah travel gumun.id ini, modal awal sekitar satu juta digunakan untuk sampling beli kain, biyaya jahit, membuat design, hingga akhirnya produk habis dan buka pre order dalam proses produksi dua minggu dengan keuntungan yang di dapatkan sebelumnya.
“Seiring berjalannya waktu semakin banyak minat dari konsumen dan semakin banyak pula yang terjual hingga keuntungan mencapai angaka 30 juta lebih. Kunci di awal dari gumun.id adalah kerjasama dengan vendor, yang mana hal ini juga tidak memerlukan modal yang besar,” ungkap Anggi.
Tips yang kedua jangan pernah berhenti mencoba walaupun selalu gagal, karena kegagalan adalah awal dari sebuah kesuksesan. Anggi selaku pemilik bisnis gumun.id mengatakan bahwa bisnis sajadah travelnya terbentuk karena kegagalan bisnis di bidang jasa yang sebelumnya ia tekuni namun tidak mendapat keuntungan. Ia juga memulai bisnis makanan namun belum untung juga. Tidak berhenti di situ, justru Anggi mencari inovasi baru yang dapat dilakukan agar mendapatkan keuntungan hingga terciptalah bisnis sajadah travel.
Tips ketiga, menentukan deadline berkembangnya sebuah bisnis. Jika dalam kurun waktu 6 bulan tersebut belum membuahkan hasil maka bisa mengganti dengan bisnis yang lain, jangan terpatok di bisnis yang tidak terus berkembang. Tips ini cocok bagi pemula yang sedang memulai usaha. Misal deadline di keuntungan tidak dalam satu jenis bisnis yang sama, bisa fleksibel dengan segala inovasi dan keadaan yang ada.
Selanjutnya bagimana cara menghadapi kompetitor. “Sebelumnya pasarnya sepi, tetap harus aware selalu setiap bulan cek ada siapa lagi nih, kompetitor sebagai jadi lampu kuning,” papar Anggi.
Tips keempat, berbisnislah karena konsumen, Maksudnya adalah melihat peluang dari masalah yang ada di masyarakat, bisa dicari problem risetnya dan solusinya. Menjadi bisnis yang dibutuhkan konsumen dari masalah yang ada. Seperti munculnya bisnis sajadah travel dari gumun.id dengan riset di Indonesia yang dominan Islam. Kemudian merenung apa yang bisa ditumbuhkan dari situ.
“Karena kebetulan suka travelling tapi susah mencari tempat sholat atau sholat di tempat umum. Memulai usaha tidak boleh berdasarkan asumsi diri sendiri tapi targetnya jelas dengan memberikan value ke pembeli. Seperti (sajadah) yang anti air, bahan bagus, tidak berubah warna,” terang Anggi.
Tips kelima, buat tim yang solid karena sebuah usaha tidak hanya butuh leadership saja tetapi juga followership. Buat anggota tim percaya agar tidak hanya fokus pada penjualan saja tetapi juga teamwork yang bagus. Untuk bisnis pemula tim yang paling dibutuhkan adalah sales dan marketing.
“Belajar dari gumun yang tantangan terbesarnya ada di bagian tim. Tidak banyak tim yang mau diajak susah karena untuk 3 bulan awal gaji masih rendah, sampai ada yang kerja kurang maksimal dan pada akhirnya harus tereliminasi,” beber Anggi.
“Selain itu diversity softskill juga diperlukan, jangan terpaku pada satu posisi saja selain mengurusi tim maka juga bisa mengolah konten. Anak milenial cenderung maunya di satu posisi saja, maka hal tersebut hendaknya dirubah,” imbuhnya. (HN/RS)