Membangun Perguruan Tinggi Yang Tanggap Bencana
Universitas Islam Indonesia (UII) menjadi fasilitator agenda Erasmus+ Building Universities in Leading Disaster Resilience (BUiLD). Bertempat di Hotel Royal Ambarukmo (8/12), acara ini dihadiri oleh beberapa institusi pendidikan tinggi di Indonesia maupun Uni Eropa. Empat perguruan tinggi Uni Eropa yang tergabung di antaranya University of Gloucestershire, United Kingdom; University College Copenhagen, Denmark; Hafelekar, Austria; dan Instituto Politecnico do Porto, Portugal. Sedangkan delapan perguruan tinggi Indonesia, yaitu Universitas Andalas, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Khairun, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Muhammadiyah Palu, President University, Universitas Surabaya, dan UII.
Diutarakan oleh Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D, Wakil Rektor Bidang Networking & Kewirausahaan bahwa konsorsium hari ini bertujuan untuk menata ulang apa yang belum dilakukan dan mencari apa yang perlu diperbaiki. Adanya pandemi menyebabkan beberapa rangkaian yang seharusnya diadakan belum bisa dilakukan. “Sudah 2 tahun karena pandemi, maka perlu penyesuaian beberapa hal,” ujarnya.
Program Erasmus+ BUiLD juga bermuara pada upaya mendorong dan memperkaya pemahaman mengenai kebencanaan yang ada di Indonesia. “Sesuai namanya, untuk membangun perguruan tinggi tanggap bencana. Outputnya adalah Center of Excellence Disaster Resilience (CoEDR),” ungkap Wiryono. Eksistensi dari CoEDR tersebut nantinya akan mengelola rangkaian aktivitas yang terkait dengan kebencanaan di masing-masing universitas.
Tidak cukup sampai di situ, Wiryono juga menjabarkan delapan perguruan tinggi tersebut akan membentuk asosiasi dan menjadi motor penggerak bagi setiap universitas yang ada. “Menjadi organisasi pemersatu dari semuanya setelah proyek ini selesai, termasuk juga mengundang universitas lain untuk bergabung,” gamblangnya.
Ia berpendapat dari segi responsivitas perguruan tinggi telah cukup sigap menanggapi situasi bencana yang terjadi. Namun dari sisi kesiapsiagaan memang banyak hal yang perlu ditingkatkan. Untuk itu dengan adanya program BUiLD oleh Erasmus+ ini Wiryono berharap seluruh universitas yang ada di Indonesia dapat menjadi tanggap bencana dari sisi apapun.
Hadir pula Dr. Yulianto Purwono Prihatmaji, S.T., M.T., IPM., IAI., Kepala Program Studi Sarjana Arsitektur UII, mengemukakan salah satu output yang ada dari kegiatan ini berbagai macam, “ke akademik mungkin masuk mata kuliah, penelitian dan publikasi bersama,” tuturnya.
Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia (APTARI) ini juga menambahkan mengenai kemungkinan implementasi program BUiLD tersebut. “Nanti dapat masuk ke pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN) mengenai kebencanaan,” ucap Aji sapaan akrabnya.
Prihatmaji menyoroti aktivitas tanggap bencana yang ada di UII. Dalam perspektifnya sikap sivitas akademika UII sudah bagus dan responsif. “Sekarang saja (erupsi Semeru) kita memberangkatkan tim dari Fakultas Kedokteran. Kita itu sudah siap, hanya barangkali nanti secara platform harus ada. Apakah yang diberangkatkan harus diapresiasi seperti sertifikat, SKS dan lainnya,” pungkasnya. (KR/ESP)