Membangun Ketahanan Bencana Melalui Perguruan Tinggi
Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada di pertemuan lempeng dunia, acap kali diterpa bencana alam. Mulai dari gempa bumi, tanah longsor, angin topan, tsunami hingga gunung berapi. Puluhan hingga ratusan jiwa mengalami kerugian baik materil maupun psikis akibat dampak yang ditimbulkan dari bencana alam. Oleh karenanya dibutuhkan kemampuan sumber daya manusia yang kompeten dalam menghadapi potensi bencana alam tersebut.
Universitas Islam Indonesia (UII) bersama dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia dan Eropa di bawah naungan Erasmus+ terpantik membangun ketahanan bencana. Komitmen ini ditandai melalui pelaksanaan kick off meeting Building Universities in Leading Disaster Resilience (BUiLD) yang digelar di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII, Senin (2/12). Erasmus+ menyumbangkan dana sebesar 1 juta Euro atau Rp 16 miliar. Dana tersebut digunakan untuk menyusun proyek ini yang meliputi kurikulum, penelitan dan pendidikan tentang kebencanaan.
Untuk diketahui yang tergabung dalam konsorsium ini antara lain UII dan Universitas Ahmad Dahlan (tuan rumah kick off BUiLD), University of Gloucestershire UK, Kobenhavns Professionshojskole Denmark, Hafelekar Austria, Instituto Politecnico do Porto Portugal, President University, Universitas Andalas, Universitas Khairun, University of Muhammadiyah Palu, Universitas Lambung Mangkurat, serta Universitas Surabaya.
Disampaikan Wakil Rektor Bidang Networking & Kewirausahaan UII, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D., pertemuan yang digelar kali ini membahas aspek apa saja dan tugas masing-masing perguruan tinggi dalam konsorsium selama program ini berlangsung. Selain itu, program ini akan mencoba menghubungkan antar perguruan tinggi yang tergabung dalam konsorsium, membantu pemerintah ketika terjadi bencana di Indonesia.
“Secara umum, pertemuan ini membahas aspek apa saja yang perlu kita dalami dan pahami. Terlebih peserta program ini telah memiliki pengalaman dan keahliannya masing-masing dalam menghadapi kebencanaan,” ungkapnya.
Wiryono Raharjo menambahkan, UII sejak kejadian bencana gempa Yogyakarta pada tahun 2006 turut serta aktif dalam membantu korban bencana. Baik dari bantuan logistik dana hingga tenaga kemanusiaan. Saat ini UII telah memiliki program UII Peduli dengan sistim pengumpulan dana massal dengan bekerja sama dengan Aksi Cepat Tanggap Yogyakarta. “UII selalu dan berupaya memberikan bantuan kepada korban bencana alam agar kegiatan ekonomi daerah terdampak bencana dapat segera kembali,” tambahnya.
Peserta program hibah ini diprakarsai oleh gabungan beberapa perguruan tinggi Eropa yakni University of Gloucestershire England sebagai koordinator. Nadine Sulkowski perwakilan dari UoG mengatakan pendidikan mengenai kebencanaan di Indonesia sangat penting karena letak Indonesia yang berada di perpotongan lempeng dunia atau sering dikenal dengan ring of fire. “Indonesia menjadi negara dengan resiko bencana alam yang cukup tinggi akibat letaknya yang dikelilingi banyak sekali gunung berapi dan berada di titik pertemuan lempeng dunia,” jelasnya.
Nadine Sulkowski mengatakan perguruan tinggi berperan cukup penting dalam kebencanaan, misalnya melalui riset. Selain itu, perguruan tinggi yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik dalam menghadapi kebencanaan dapat saling terhubung guna menciptakan kolaborasi yang dapat memberikan wawasan kepada masyarakat luas tentang kebencanaan.
“Kolaborasi antar perguruan tinggi dinilai penting sebagai bagian pembelajaran dan berbagi pengetahuan mengenai kebencanaan. Baik itu menyangkut penanganan tanggap bencana, trauma healing, hingga pendidikan kebencanaan, maupun penyampaian informasi ke pemerintah,” ungkapnya.
Nadine Sulkowski menambahkan potensi bencana lokal yang berbeda-beda di tiap daerah penting diketahui. “Misalnya, di Kalimantan tidak ada potensi bencana erupsi gunung berapi, tapi memiliki potensi kebakaran hutan. Karena itu, diperlukan peningkatan kapasitas untuk mengatasi perbedaan tersebut,” tambahnya. (ENI/RS)