Membangun Karakter Kaum Milenial
Entrepreneur Nasional Sandiaga Salahuddin Uno menyebut empat langkah pertama yang dapat dilakukan oleh kaum milenial dalam membangun karakter. Keempat langkah ini yakni dengan mengembangkan potensi diri, terus berkembang dan membuat perubahan, bertumbuh dengan menjadi individu yang membawa pengaruh positif, serta memilih lingkaran pertemanan yang baik.
Hal tersebut dikemukaan Sandiaga Uno saat menjadi pembicara Sharing Session: Milenial Vs Adaptasi Baru yang dihelat oleh Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII), pada Sabtu (24/10) secara daring. Kegiatan yang merupakan rangkaian dari Days of Charity Art Sport and Education (D’CASE) ini juga menghadirkan Founder KAHMI Preneur, Kamrussamad dan Alumni Penerima Beasiswa LPDP Hardvard University, Nadhira Nuraini Afifa. Jalannya diskusi dipandu Tomy Ristanto, alumni FH UII yang saat ini sebagai News Anchor & Producer NET.
Sandiaga Uno melanjutkan, karakter dibangun dengan etos 4 AS yakni kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas. Selain itu ia menyebut 3C yang harus dilakukan untuk menjemput kesuksesan. Pertama character, karakter yang dimiiki seseorang sangat mempengaruhi kebiasaan. Selanjutnya consistence, konsisten menjadi salah satu kunci keberhasilan, dengan konsisten kemampuan semakin terasah.
Terakhir adalah competence, kompetensi merupakan sikap yang menunjukkan performa seseorang baik atau buruk. Pentingnya membekali diri dengan penguasaan literasi agar mampu bersaing dengan kompetitif. “Pembekalan literasi harus hadir untuk merespon perkembangan zaman 4.0, ada literasi teknologi, literasi data teknologi, literasi terhadap human skill,” tandas Sandiaga Uno.
Pembicara lainnya, Kamrussamad mengatakan seorang entrepreuner harus menguasari rumus ABC. Pertama, Artifical Intelligence yang merupakan kecerdasan yang ditambahkan oleh manusia ke dalam suatu sistem teknologi. Kedua, Big Data yang menyangkut sebuah konsep tentang kemampuan untuk mengelolah, menganalisa dan mengerti jumlah data yang cukup besar.
Ketiga, Collaboration di dalam situasi saat ini banyak pihak bertemu untuk mencapai tujuan bersama. “Dengan menguasai ABC ini, seorang entrepreneur mampu melihat, memaparkan trend teknologi yang sedang berkembang, untuk melihat kecenderungan yang ada,” tuturnya.
Pembicara beriktunya, Alumni Penerima Beasiswa LPDP Hardvard University Nadhira Nuraini mengemukakan semakin bertambahnya umur maka goals (tujuan) juga harus semakin tinggi. Jika seseorang hanya bermimpi itu tidaklah cukup, perlu kerja keras untuk mengejar dan mewujudkan mimipi tersebut. Ia berpesan untuk mengubah pola pikir menjadi growth mindset, yaitu mindset yang selalu mau menerima tantangan baru dan target pencapaian yang terus tumbuh.
Pentingnya mengasah soft skill karena kemampuan ini akan sangat bermanfaat dalam dunia kerja maupun interaksi sosial. “Menurutku mimpi itu sesuatu yang tidak realistis, tapi kalau kita ubah menjadi goals, itu jadi realistis. Kalau kita ubah menjadi to do list akan lebih mudah untuk mengerjakannya,” tandas Nadhira Nuraini. (HA/RS)