Membandingkan Inggris dan Amerika Merespon Pandemi Covid-19
Program Studi Hubungan Internasional (HI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan diskusi perbandingan respon pemerintah Inggris dan Amerika Serikat (AS) dalam menangani pandemi Covid-19. Keduanya termasuk negara yang terdampak besar Covid-19 dengan jumlah pasien positif terbesar di dunia. Diskusi bertema Measuring the Global Impact of Covid-19, Responses to Covid-19: UK and US Compared ini diadakan pada Rabu (29/4) secara daring. Pembicara yang dihadirkan yakni Dr. Adam Quinn, dosen Politik Internasional, University of Birmingham, Inggris. Jalannya acara dipandu oleh moderator, dosen HI UII, Karina Utami Dewi, MA.
Dr. Adam Quinn menyampaikan bahwa di AS terdapat pasien positif Covid-19 sebanyak 1 juta dengan angka kematian 55 ribu orang dan bisa saja lebih dari angka resmi. Beberapa tempat juga mengalami kesulitan seperti di New York, Seattle, San Francisco.
Ia menilai pemerintah AS lambat dalam merespon permasalahan ini. Sebab sejak Januari sudah dilaporkan kasus penyebaran Covid-19, tetapi pemerintah tidak memberikan tanggapan yang cepat dan diperlukan dua bulan baru pemerintah benar-benar merespons.
Sistem federal di AS memberi negara bagian kekuatan yang lebih besar dalam menangani pandemi. Beberapa kebijakannya sangat ketat namun ada juga sangat longgar seperti di Florida dan Georgia yang terbuka lebih awal dari yang lain.
“Pandemi juga telah mengakibatkan pengangguran meroket dan turunnya investasi. dalam keadaan ini, Kongres AS memberikan suaranya untuk memberikan stimulus bagi orang-orang dan bisnis agar kegiatan ekonomi dapat pulih secara perlahan”, ungkapnya.
Sementara itu, ia juga memprediksi pandemi turut berdampak bagi pemilihan presiden AS mendatang. “Keadaan ekonomi adalah hal terpenting untuk pemilihan. Seperti pembangunan ekonomi akan menjadi kunci kampanye Trump. Kondisi ekonomi dan bagaimana pemerintah merespon akan menjadi titik kunci dalam pemilihan berikutnya”, jelasnya lagi.
Menurutnya, Trump mengirim pesan bahwa pandemi ini akan memberikan banyak pukulan bagi perekonomian sehingga ia akan berusaha mengamankan kondisi perekonomian negaranya.
Respon Inggris Mengatasi Pandemi Covid-19
Di sisi lain, respon pemerintah Inggris juga dinilai lambat. Awalnya mereka mencoba alternatif kebijakan selain lockdown. Pemerintah juga kurang jelas menyampaikan pesan mengenai rencana, apa yang harus dilakukan masyarakat, dan apa yang terjadi ketika orang berdekatan.
Adapun penyebaran dan kematian akibat Covid-19 di Inggris serupa dengan AS dimana kelompok minoritas adalah yang terbanyak menjadi korban. Improvisasi ekonomi besar-besaran yang menghamburkan banyak uang juga ditempuh. Untungnya, layanan kesehatan di sana menjadi lebih baik karena banyaknya pendanaan dari publik daripada swasta.
“Saat ini masih belum ada perlindungan besar-besaran terhadap warga Inggris seperti mengadakan lockdown. Kebijakan mengatasi pengangguran di Inggris adalah memberikan stimulus secara otomatis apabila ada seseorang yang menjadi pengangguran tanpa harus mendaftar dan melakukan pemeriksaan”, pungkasnya. (FNJ/ESP)