Memaknai Syawal Untuk Menebar Kebaikan
Idul fitri dan Syawal merupakan momentum untuk bermuhasabah diri menuju fitrah dan saling memaafkan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Setelah kita menjalankan ibadah puasa, Insya Allah kita mendapatkan apa yang dijanjikan oleh-Nya yaitu menjadi orang bertaqwa.
Demikian materi tausyiah yang disampaikan Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, LC., M.Ag pada Syawalan dan Pelepasan Calon Haji Tahun 1439 H Keluarga Besar Universitas Islam Indonesia (UII), di Auditorium Prof. Dr. Abdulkahar Mudzakkir, Senin (25/6). Menurut Prof. Yunahar Ilyas jika kita menjadi orang yang bertakwa maka kitapun dijanjikan-Nya lima buah di dunia dan tiga lainnya di akhirat nanti.
Dijelaskan Prof. Yunahar Ilyas bahwa lima buah di dunia bagi orang bertaqwa yang pertama adalah Allah akan memberikan sifat al-Furqan yaitu sifat tegas membedakan yang haqq dan yang bathil. Selanjutnya Allah akan melimpahkan, memberikan jalan keluar dari berbagi masalah, memberikan rizki yang tidak terduga dan akan memudahkan segala urusannya.
”Sedangkan tiga buah di akhirat nanti Allah akan menghapus keburukan kita, mengampuni dosa kita dan memberikan kita karunia yang besar,” ujar Prof. Yunahar Ilyas di hadapan Dosen, Tenaga Kependikan dan Purna Tugas UII.
Prof. Yunahar Ilyas juga menjelaskan bahwa dalam menyambut Syawal, setiap manusia harus bisa memanfaatkan waktunya dengan baik, yakni dengan bersilaturahmi baik itu dengan mendatangi sanak saudara maupun dengan karya yang abadi karena ajal tidak akan memberi kabar kapan akan datang.
Terdapat perbedaan antara usia dan umur. Kalau umur adalah manfaat dari usia kita, orang bisa saja usianya panjang umurnya singkat atau sebaliknya. Ada orang yang usianya 60 tahun, umurnya 10 tahun, Juga ada yang sudah lama meninggal dunia tapi namanya masih disebut-sebut seperti contohnya Imam al-Ghazali.
”Nama Imam al-Ghazali masih disebut-sebut sampai sekarang karena Ia banyak menebar manfaat melalui karyanya sehingga orang selalu mengingatnya, dan itulah yang terjadi juga pada imam as-Syafi’i, Khulafaurrasyidin, dan Nabi Muhammad SAW serta yang lainnya,” ujar Prof. Yunahar Ilyas.
Lebih lanjut Prof. Yunahar Ilyas dalam memanfaatkan waktu, kita harus selalu menebar kebaikan tanpa kita mengharap imbalan. Lakukanlah kebaikan-kebaikan dan lupakan kebaikan yang pernah kita lakukan karena kebaikan bukanlah arisan yang di kocok dengan memberi lalu menerima.
Rektor UII, Fathul Wahid, ST., M.Sc., Ph.D. dalam sambutannya menegaskan bahwa Idul Fitri dapat dimaknai sebagai momentum kembali. “Secara subtantif Idul Fitri adalah momentum kembalinya kita kepada karakter asal dan fitrah kita sebagai manusia. Teks al-Qur’an dan Hadis pada hakikatnya telah memberikan beragam sinyal tentang karakter yang harusnya melekat kepada kita umat manusia,” jelasnya.
Fathul Wahid, Ph.D. menambahkan bahwa sedikitnya ada dua karakter yang dinyatakan dalam nash dan harus bisa diamalkan oleh seluruh umat ciptaan Allah yaitu beribadah kepada Allah dan saling mengenal satu sama lain. Pertama, al-Qur’an dengan sangat jelas menyatakan bahwa manusia dan jin diciptakan dengan tujuan tunggal yaitu untuk mengabdi beribadah kepada Tuhannya yakni Allah SWT.
”Sehingga sepanjang nafas masih ada, semua yang kita lakukan harus dilakukan dengan niat beribadah bahkan tidurpun bernilai ibadah jika diniati untuk ibadah. Dan yang kedua, Allah juga menyatakan bahwa manusia diciptakan dengan berbagai ragam,” imbuhnya.
Lebih lanjut Fathul Wahid, Ph.D. mengutip QS. al-Hujarat ayat 13, bahwa keragaman yang ada pada umat manusia adalah sunatullah yang harus kita terima. Keragaman inilah yang mengajarkan kita untuk saling mengenal. Dengan saling mengenal, maka kita akan mengetahui informasi orang secara lebih baik dan tidak banyak berprasangka.
”Merasa menjadi yang terbaik karena dasar perimodial kita seperti gender ataupun kelompok tidak dianjurkan oleh agama. Dalam ayat lain Allah juga melarang kita untuk mengolok-olok orang lain karena tak seorangpun yang bisa menjamin bahwa kita lebih baik dari mereka,” ungkapnya.
Kepada calon jamaah haji UII, Fathul Wahid, Ph.D. mengajak segenap keluarga besar UII untuk mendoakan agar seluruh calon jamah haji yang akan berangkat di tahun ini dimudahkan segala urusannya hingga kembali pulang menjadi haji yang mabrur.
“semoga perjalanan menuju tanah suci dimudahkan oleh Allah, dan pulang menjadi haji yang mabrur dan mampu menebar manfaat karena tidak ada balasan yang pas kepada mereka yang berhaji mabrur kecuali surga,” tandasnya. (EF/RS)