Memaknai Arti Ekonom Ulil Albab
Ekonom yang memegang nilai ulil albab tidak hanya paham ekonomi syariah, namun juga menguasai persoalan ekonomi konvensional. Bahkan mereka dituntut juga lebih paham daripada para ekonom konvensional itu sendiri. Demikian diungkapkan Ir. Adiwarman Azwar Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P. dalam Studium Generale Ekonomi Islam bertema “Kami Ekonom Ulil Albab” yang diadakan secara daring di UII belum lama ini.
Pakar ekonomi syariah tersebut menambahkan, “Agar nanti kalau mereka (ekonom konvensional) ajak kita bicara soal konvensional kita bisa paham, tapi mereka tidak paham soal kita, itu baru namanya keren”. Ia melanjutkan dengan mengutip QS Al-Mujadalah : 11 yang artinya, “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu”.
Mengacu pada firman tersebut, Adiwarman Karim menghimbau para mahasiswa untuk terus mencari ilmu, “Jadi kalau mau diangkat derajatnya, ya cari lah ilmu yang banyak. Ekonom ulil albab juga harus belajar ekonomi konvensional. Mencari ilmu itu sama saja dengan mencari Allah”, ungkapnya.
Tak hanya sampai mencari ilmu, menurutnya ekonom ulil albab juga rajin membagikan ilmunya ke orang banyak. Sebab Rasulullah SAW sendiri berpesan bahwa manusia yang baik adalah manusia yang dapat memberi manfaat bagi banyak orang.
Adiwarman Karim juga meyakini bahwa posisi ekonomi syariah lebih baik dibandingkan ekonomi konvensional. Pasalnya, dalam ekonomi syariah memiliki dalil aqli dan naqli yang bersumber langsung dari Allah SWT. “Kita sebagai orang Islam, ekonom ulil albab, punya kaidah fiqih. Punya dalil dari Allah, segala masalah bisa kita kembalikan ke sana, cari solusinya. Nah mereka (ekonom konvensional) belum mempunyai itu”, tegasnya.
Di samping itu, ekonomi syariah juga memiliki jejak historis penerapan ide-ide ekonomi. “Apa arti sebuah ide tanpa penerapan aksi-aksi yang nyata”. Hal itu disebabkan oleh Islam yang pernah menguasai dunia selama hampir 800 tahun, sehingga membuat orang-orang Islam memiliki helicopter view terhadap konsep serta praktik-praktik ekonomi.
Di akhir paparannya, ia pun mengajak seluruh mahasiswa untuk meyakini bahwa Allah adalah pengatur segala yang ada di muka bumi. Segala kesuksesan tidak datang hanya dengan usaha semata.
“Urip iku dilakoni (hidup itu dijalani). Harus yakin, Allah menurunkan masalah itu bebarengan, ingat bebarengan dengan kemudahan. Bukan masalah dulu terus baru ada kemudahan, bukan. Tapi selalu bebarengan. Coba lihat sekarang, pandemi ada PSBB tidak bisa kemana-mana, tapi lihat, ada Zoom nih, kita tetap bisa belajar bareng kan? Fabiayyi ‘aalaa’i Rabbikumaa Tukadzdzibaan”, pungkasnya. (VTR/ESP)