Melepas Rindu Walau Tak Bisa Bertemu

Program Studi Kimia UII akreditasi Unggul

Tradisi syawalan dinantikan kehadirannya oleh sebagian besar umat muslim di Indonesia. Syawalan dimaknai sebagai ajang silaturahmi sembari merayakan Idul Fitri selepas menunaikan ibadah di bulan Ramadan. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Program Studi Diploma Analis Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII) menyelenggarakan syawalan secara daring diikuti oleh dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa serta para alumni.

Dekan FMIPA UII, Prof. Riyanto, S.Pd., M.Si., Ph.D. mengutarakan rasa banggnya kepada keluarga besar Program Studi Diploma Analis Kimia. Pasalnya ditengah pandemi Covid-19, masih kuat dalam menyambung silaturahmi. Ia mengatakan, di usia yang telah menginjak tujuh belas tahun, program studi ini telah melahirkan kurang lebih 600 alumni yang sekarang tengah berkiprah dan tersebar diseluruh Indonesia, bahkan berkarir hingga luan negri.

“Setelah satu bulan penuh berpuasa dilengkapi zakat fitrah, InsyaAllah kita telah memperbaiki dan meningkatkan hubungan dengan tuhan, habluminallah. Kita juga jangan sampai lupa bahwa kita hidup bersosial, maka perlu dibangun hubungan yang baik dengan sesama manusia, habluminannas. Salah satunya dengan acara ini (syawalan),” ungkapmya.

Ustadz Sulaiman dalam tausiyahnya mengutip Surat Ali-Imran ayat ke 133-137. Dalam surat ini Allah Swt berfirman “bersegeralah kalian untuk mengejar ampunan Allah Swt.”. Dalam Islam, hukum asalnya terburu-buru itu tidak baik karena itu pekerjaan setan, tetapi ada beberapa kasus yang mana kita dianjurkan untuk terburu-buru dan tergesa-gesa. Di antaranya dalam memohon ampunan Allah Swt., menguburkan jenazah, memenuhi panggilan shalat dan membayar hutang, seperti hutang puasa.

Meskipun ada beberapa perbedaan pendapat tentang puasa qada terlebih dahulu atau puasa Syawal. Kita ambil pertengahan di antara dua pendapat yaitu boleh bagi yang batal puasanya karen udzur syar’i (haid, nifas, sakit, hamil dan menyusui), itu puasa syawal dahulu, dan puasa qadanya setelah puasa syawal dengan waktu sampai sebelum bulan Ramadan tahun depannya lagi,” terangnya.

Selain itu Ustadz Rasyid juga menyampaikan adab terhadap orang tua, karena pandemi yang terjadi saat ini kita lebih banyak berkumpul di rumah bersama keluarga termasuk mahasiswa dan para pegawai yang melakukan segala kegiatan dari rumah.

“Ada sebagian anak, karena ia merasa lebih hebat dari orang tuanya berlaku tidak sopan dan semena-mena terhadapnya. Meskipun ilmu kita tinggi karir bagus bahkan melebihi orang tua tapi kita harus tetap khidmat dan menjaga akhlak kita kepada mereka. Karena hakikatnya derajat orang tua lebih tinggi dan mereka termasuk orang yang wajib kita muliakan,” jelasnya.

Di akhir tausiyahnya, Ustadz Rasyid bercerita kisah sahabat nabi yaitu Muhammad Ibnu Qadir yang amat memuliakan ibunya. Acara syawalan diakhiri dengan ramah tamah dan sharing sesion para alumni yang telah sukses berkarir. Program Studi Diploma Analis Kimia juga berhasil mengumpulkan dana bantuan untuk membantu para mahasiswa yang ekonominya terdampak di musim pandemi ini. (CSN/RS)