Manusia Berkewajiban Merawat dan Melestarikan Bumi
Analisis mengenai dampak lingkungan menjadi sebuah perhatian yang terus berkembang saat ini. Hal ini mengingat berbagai aktivitas manusia yang ikut andil memperparah kerusakan bumi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan membuat analisis dampak lingkungan selama masa pakai produk yang dimulai dari ekstraksi bahan mentah hingga akhir masa pakai dengan metode LCA (Life Cycle Assessment).
CETS (Centre for Environmental Technology Studies) UII mengadakan pelatihan LCA untuk ke 30 mahasiswa teknik lingkungan yang terpilih melalui seleksi dalam tiga kategori. Ketiga kategori tersebut mahasiswa berprestasi dalam bidang non akademik, mahasiswa dengan IPK tertinggi dan mahasiswa yang terjun menjadi aktivis HMTL UII. Kegiatan yang berlangsung pada hari Minggu (9/12) di Grand Sarila Hotel diikuti dengan bahagia dan antusias dari peserta. Terlihat dari tawa peserta saat diminta mengikuti gerakan sebuah tarian dan berantusias untuk bertanya pada saat pelatihan berlangsung.
Pelatihan kali ini menghadirkan tiga pemateri yang ahli di bidangnya masing-masing. Tiga pemateri tersebut adalah Prof. Cahyono Agus, Prof. Arief Sabdo Yuwono, dan Titi Tiara Anasstasia, ST, MSc.
Prof. Cahyono Agus mengangkat tema Education for Sustainable Development. Ia banyak membahas mengenai kerusakan bumi yang telah terjadi akibat ulah manusia. Mengawali materi yang akan disampaikan, ia lebih awal mengajak peserta untuk mengenali bumi lewat sajian video. “Bumi satu-satunya yang bisa dihuni oleh manusia tidak ada planet lain yang bisa dihuni, karena adanya bahan organik di dalamnya (air dan oksigen)”, ungkapnya.
Kerusakan bumi terjadi akibat faktor eksternal dan internal. Dengan tegas ia menyampaikan bahwa manusia sebagai khalifah bumi seharusnya memimpin dan mengelola sumber daya natural hayati yang ada di bumi, bukan justru menjadikan bumi rusak. Tujuh indikator kerusakan bumi sebagian besar disebabkan oleh “kesombongan” manusia. “Kegagalan 12 tahun menjadikan bumi tidak karuan, bagaimana kita berkontribusi membangun komunitas-komunitas yang mampu bersama-sama menyadari global warming adalah bagian dari kenyataan yang harus kita hadapi” tambahnya.
Pada sesi selanjutnya yang diisi oleh Prof. Arief Sabdo Yuwono membahas Life Cycle Assessment for Environmental Planning and Assessment. Alasan penerapan LCA dikarenakan setiap material dapat dianalisis dari sejak awal sebelum menjadi sebuah produk siap pakai hingga dibuang. Namun, sangat disayangkan di Indonesia setiap kegiatan tidak ada yang berdasarkan lingkungan, sehingga keberlangsungan lingkungan masih terabaikan. Melalui analisis LCA dapat dijadikan panduan untuk memilih material, service dan proses yang lebih ramah lingkungan untuk mengurangi emisi.
“Kita belajar apa-apa untuk manusia lalu untuk lingkungan, ya seperti tumbuhan, hewan, tanah dan lainnya” ungkapnya. Melalui pernyataan itu, ia menyampaikan bahwa perlunya menjaga lingkungan agar keberlangsungan hidup manusia tetap terjaga.
Materi terakhir, para peserta dibimbing untuk melakukan perbandingan antara PC dan PET sebagai material plastik untuk membuat botol minuman dengan menggunakan aplikasi openLCA. Melalui analisa tersebut dapat diketahui material yang lebih ramah lingkungan. Di bawah panduan Titi Tiara Anasstasia, para peserta mencoba untuk menganalisa permasalahan yang diberikan dari langkah awal hingga hasil analisa dapat terbaca dan dapat disimpulkan. (NR/ESP)