, ,

Manfaatkan Sampah Organik, Mahasiswa UII Ciptakan Pelet Ikan Berprotein Tinggi

Semakin menumpuknya volume sampah organik yang berasal dari sampah rumah tangga tentunya menjadi problem tersendiri yang sulit terpecahkan. Pada momen hari raya misalnya, peningkatan volume sampah organik bisa terjadi hingga berkali-kali lipat. Sayangnya masyarakat sendiri masih banyak yang belum memanfaatkan atau mengolah sampah organik ini. Selain bernilai jual rendah, sampah organik juga cepat membusuk sehingga mengganggu kenyamanan. Inilah yang menjadikan banyak masyarakat memilih langsung membuang sampah organik daripada memanfaatkannya.

Namun rupanya hal itu rupanya tidak berlaku bagi sekelompok mahasiswa UII yang terdiri dari Ika Bayu Kartikasari, Fatma Wahyu, dan Siti Hariyati. Alih-alih menganggap remeh sampah organik, ketiga mahasiswa Teknik Lingkungan UII ini justru menganggapnya sebagai lahan untuk menuangkan ide-ide bisnisnya.

Sumber foto: mancingmania.com

Berbekal pengetahuan yang mereka peroleh ketika kuliah, ketiga mahasiswa itu berhasil menciptakan pelet ikan berprotein tinggi dengan memanfaatkan limbah sampah organik.

Ide yang mereka gagas cukup unik, di mana sampah organik dimanfaatkan sebagai media tumbuh kembang larva lalat Black Sodier Fly (BSF) yang nantinya menjadi komponen utama pembuatan pelet ikan.

Produk pelet ikan yang diberi Magood Lelet Ikan ini sempat membawa ketiga mahasiswa UII mendapatkan penghargaan sebagai juara III dalam kompetisi entrepreneurship UTU Awards yang diselenggarakan oleh Universitas Teuku Umar (UTU) di Meulaboh, Aceh akhir tahun lalu.

Mengapa Lalat BSF?

Menurut Ika Bayu Kartikasari, lalat BSF memiliki keistimewaan yakni tidak membawa kuman penyakit. Tidak seperti lalat-lalat lainnya, yang apabila pernah hinggap di sampah lalu hinggap di makanan seseorang maka dapat menyebabkan penyakit.

“Lalat BSF ini larvanya sangat rakus dalam mengurai aneka sampah organik, seperti sampah rumah tangga, sisa nasi, sisa sayuran, hingga daun-daunan kering. Setelah melaksanakan tugasnya mengurai sampah, larva lalat selanjutnya kita panen sebagai bahan pembuatan pelet”, ungkapnya kepada Humas UII di kampus terpadu UII belum lama ini. Jadi tidak hanya volume sampah yang berkurang namun juga menghasilkan bahan pembuat pelet yang berprotein tinggi.

Ditambahkan Siti Hariyati, rekan setimnya bahwa untuk membuat lalat BSF mau hinggap dan bertelur di sampah organik, ada trik-trik tersendiri. Menurutnya, sampah organik harus diisolasi terlebih dahulu agar tidak ada jenis lalat lain yang hinggap di sana. Kemudian barulah ia menempatkan beberapa indukan lalat BSF di sampah organik tersebut.

“Ketika lalat BSF telah hinggap di suatu media maka dipastikan lalat-lalat yang lain tidak akan hinggap di media tersebut, karena sudah menjadi daerah teritorialnya lalat BSF. Setelah itu akan bermunculan larva yang memakan sampah. Larva yang berkembang hingga fase Pre Pupa dianggap sudah layak panen karena memiliki tekstur belum terlalu keras dan memiliki protein yang besar”, ujarnya.

Diolah Menjadi Pelet Berprotein Tinggi

Ditambahkan Fatma Wahyu, larva lalat BSF dikenal sebagai salah satu serangga yang berprotein tinggi sehingga sangat baik sebagai sumber pakan ternak, baik unggas maupun ikan. Selain bergizi tinggi, larva lalat yang merupakan bahan organik juga tidak menimbulkan banyak pencemaran lingkungan. Untuk mengolah larva lalat menjadi pelet ikan perlu melalui tahapan-tahapan khusus.

Pada tahap awal, larva yang telah memasuki fase Pre Pupa dipisahkan dari larva lainnya. Larva tersebut kemudian dimatikan dengan cara dioven sampai kering dan dijadikan serbuk. Proses selanjutnya adalah mencampur serbuk larva bersama dengan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk membuat pelet, seperti dedak, bekatul, air, dan tepung kanji. “Setelah tercampur dengan baik, maka barulah dicetak, dikeringkan, dan dibentuk menjadi ukuran standar pelet pakan ikan”, jelasnya. Pelet yang sudah kering siap ditabur di kolam-kolam ikan.

Berharap Bisa Libatkan Masyarakat

Karena metode pembuatannya yang tak terlalu rumit, ketiga mahasiswa UII itu berharap dapat menularkannya kepada masyarakat. “Harapan ke depannya, kita ingin melibatkan masyarakat sekitar bagaimana cara mengolah sampah rumah tangga yang selama ini hanya dibuang untuk diolah dan dimanfaatkan menjadi pakan ikan, pakan burung, pakan ayam dan lain sebagainya. Sehingga produk ini bisa bermanfaat untuk yang lainnya juga”, pungkas ketiga mahasiswa tersebut.