Mahasiswa UII Sabet Juara Kepenulisan International Student Mobility
Dua mahasiswa UII yakni, Retno Puspito Sari (Akuntansi 2018) dan Rifa Husniyyah (Akuntansi 2020) berhasil menyabet Juara I dalam lomba Call for Paper International Student Mobility (ISM) yang diadakan Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) UII dengan Mapua University, Filipina. ISM digelar secara daring selama 6-8 Juli 2021, diawali dengan diskusi bertajuk ASEAN’s ESG Outlook: How Business Can Think Beyond the Profit.
Ketika diwawancarai oleh Humas UII, keduanya mengaku tidak menyangka akan meraih predikat juara. Mereka bahkan kaget ketika nama mereka masuk dalam pusaran penyebutan juara.
Berawal dari rasa penasaran, Rifa yang masih duduk di semester awal memberanikan diri mengikuti lomba penulisan itu. Pengalamannya yang belum pernah meraih juara justru memacunya untuk bisa meraih nilai terbaik. Ini juga kali pertamanya mengikuti lomba berskala internasional. Sebelumnya, Rifa adalah seorang santriwati di salah satu sekolah agama di daerahnya, Tasikmalaya.
Di sisi yang sama, Retno yang sudah kedua kali mengikuti ajang lomba ini merasa tergelitik ketika melihat informasi mengenai kegiatan ISM. Di kali kedua berpartisipasi, dirinya merasa lebih fleksibel. Meski berbeda angkatan, keduanya tidak merasa kesulitan saling beradaptasi.
Berangkat dengan dasar penasaran dan ingin mencoba lebih, keduanya berhasil memetik buah yang manis. Tercatat, mereka berhasil menyingkirkan kurang lebih sebelas peserta tim lainnya yang berasal dari gabungan antara UII dan Mapua University.
Mengintip Peluang di Balik ISM
Rifa berpendapat diadakannya ISM mampu mendorong daya gedor mahasiswa untuk kerap memberikan eksistensi dalam menjalani perkuliahan. Selain itu, melalui kegiatan ini ia juga mengungkapkan bahwa dapat melatih daya berpikir serta menambah relasi dengan mahasiswa dari negara lain. Ia berharap kegiatan ini harus tetap diadakan secara berkala.
Senada, Retno yang saat ini berpredikat mahasiswa tingkat akhir juga memandang hal yang sama. Menurutnya, ajang ISM sangat menantang untuk diikuti di samping dapat menambah portofolio pengalaman akademik mahasiswa.
Peluang lain yang dapat diraih menurut keduanya yaitu kemampuan meningkatkan bahasa. Kemampuan berbahasa Inggris diakui oleh mereka menjadi sebuah penghambat sekaligus peluang. Rifa misalnya, dirinya sempat bergeming dan ragu ketika telah melakukan pendaftaran. “Ya, inikan skala internasional, pasti pakai Bahasa Inggris, takutnya nanti ketika komunikasi ada salah paham,” jelasnya. Ia menilai itu dapat berubah menjadi sebuah keuntungan lebih ketika berani mencoba hal baru.
Menurut Retno, kesempatan menggunakan bahasa Inggris dalam sebuah event sebaiknya tidak disia-siakan. Terlebih ia telah memiliki beberapa dasar kemampuan bahasa asing itu yang diperolehnya melalui kursus di luar kesibukan kuliah.
Di akhir wawancara, keduanya menitipkan pesan kepada teman-teman mahasiswa. “Kalau ada lomba seperti ini lagi, lebih baik ikut. Kalian juga bisa sekalian belajar menulis dalam Bahasa Inggris,” singkat Retno. Demikian dengan Rifa “kalau masih mahasiswa baru kan itu masih banyak waktu luang. Lebih baik mulai dari sekarang, sebelum kehabisan waktu,” tutupnya. (KR/ESP)